Mbak Rerie Minta Sisi Kemanusiaan Diutamakan dalam Perdamaian Rusia-Ukraina
Priatna menilai PBB gagal menjalankan manajemen krisis multilateral dalam konflik Rusia-Ukraina karena hingga saat ini PBB tidak mampu memberi solusi perdamaian dunia.
Dalam krisis Rusia-Ukraina, Priatna berpendapat, posisi Amerika Serikat dan negara-negara Barat adalah free rider yang menjadi bagian dari peperangan, bukan bagian yang mengupayakan jalan keluar untuk perdamaian.
Aktivis Komite Persahabatan Rakyat Indonesia-Rusia Joko Purwanto menilai krisis Rusia-Ukraina merupakan dampak dari upaya ekspansi NATO ke Eropa Timur yang berlangsung lama.
Menurut Joko, ada sejumlah kesepakatan di masa lalu antara Rusia dan sejumlah negara NATO agar tidak melanjutkan ekspansi ke Eropa Timur. Namun, kesepakatan itu dilanggar.
Joko menyayangkan, bantuan sejumlah negara NATO dan Amerika Serikat dalam bentuk persenjataan justru menjauhkan langkah-langkah perdamaian dalam konflik ini.
Ketua Program SKSG-UI Henny Saptatia berpendapat dalam mengupayakan suatu perdamaian seharusnya diikuti dengan upaya yang benar-benar untuk mewujudkan perdamaian.
Bila Indonesia akan mengupayakan perdamaian lewat jalur gerakan nonblok, ujar Henny, harus benar-benar pada posisi netral dalam proses mewujudkan perdamaian.
Henny berharap, para akademisi di tanah air mendorong agar Indonesia bersikap netral dan segera mengupayakan perdamaian pada krisis Rusia-Ukraina.