Medsos Dianggap Kurang Efektif Pengaruhi Pilihan Politik Milenial Di Indonesia
"Isu nomor satu yang menjadi perhatian mereka adalah lapangan pekerjaan," sebut caleg dari daerah pemilihan DKI Jakarta II ini.
Dalam kampanye politik, kata Tsamara, politisi muda seperti dirinya harus mampu menjelaskan kepada kelompok milenial bahwa kekhawatiran mereka termasuk dalam cakupan politik, dan karena itu kampanye politik dengan medsos bukanlah jawaban.
"Setiap akhir pekan saya suka melakukan diskusi dengan kaum milenial, golongan mana saja. Saya bicara isu yang menyangkut anak muda, start up, ekonomi kreatif. Dengan cara seperti ini kita justru bisa bertukar pikiran secara langsung, sesuatu yang tidak bisa dilakukan di medsos," ungkap Tsamara.
Pandangan itu juga dibenarkan politisi muda lainnya, Faldo Maldini. Politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengatakan, meski kampanye lewat medsos menghemat bujet dan mengakomodasi kondisi keuangan politisi muda, namun cara itu tidak merangkul langsung pemilih.
"Enggak ada dapil Facebook, enggak ada dapil Twitter, enggak ada dapil Instagram. Yang memilih saya itu orang. Mau enggak mau saya harus turun langsung," tegas politisi lulusan Inggris ini dalam kesempatan diskusi yang sama di Jakarta (29/1/2019).
Terlepas dari manfaat medsos dalam urusan kampanye di era digital, bagi Faldo, cara berkampanye konvensional tetap yang terpenting.