Melampaui Toko Madura dan Kegigihannya
Oleh: Politikus PDI Perjuangan dan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah 2018-2022 SunantoBayangkan saja toko yang di kelola secara tradisional dengan modal pribadi mampu melawan pemain-pemain ritel besar, lalu apa unique selling pointnya kok bisa bertahan?
Setidaknya selain karena 24 jam buka, toko madura juga mengadopsi perkembangan ritel baru yaitu menjadi omni channel yang langsung hadir di gang-gang atau dusun-dusun dari konsumen.
Kegigihan itu yang membuat perubahan “brand orang madura” yang dulu orang Madura di Jakarta terkenal hanya dua hal, kalau tidak pedangang besi tua ya jualan sate sekarang dikenal sebagai juragan toko kelontong.
Tidak hanya itu, dalam pikiran liar saya, toko Madura juga mengajarkan kalau yang kecil tidak selalu kalah dari yang besar kalau kita gigih.
Jadi kalau ada anggapan, gabungan kekuatan dalam koalisi yang besar bisa secara otomatis menang, eh tunggu dulu, orang madura mengajarkan tidak demikian.
Enggak apa-apa kecil asal ada kegigihan bisa menumbangkan yang besar, jadi ngomongin pilras - pilpres lagi.
Yang jelas menyelesaikan kemiskinan dan lapangan pekerjaan yang menjadi isu utama dalam ekonomi Indonesia harus di dorong dengan terobosan-terobosan yang kongkrit seperti terus mendorong akselerasi naik kelasnya pelaku ekonomi informal menjadi formal.
Kalau ini dikerjakan serius, saya pikir pemimpin kedepan tak perlu lagi umbar janji yang bombastis dan muluk - muluk.