Melampaui Toko Madura dan Kegigihannya
Oleh: Politikus PDI Perjuangan dan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah 2018-2022 SunantoMemastikan negara tidak mempersulit ekonomi kecil saja sudah bagian dari penyelesaian masalah. Misalnya tidak memperumit pengurusan izin usaha, insentif pajak, izin halal, izin BPOM dan sebagainya.
Kalau perlu pemerintah jemput bola agar Toko Madura atau UMKM mau bertransformasi menjadi ekonomi formal.
Bayangkan saja, hanya dari 2 tahun saja Dollah mampu membuka 5 toko Madura hanya mengandalkan compounding dari nett income.
Dan kenapa kita harus mendorong Toko Madura besar? Karena toko Madura bukan korporatokrasi yang hanya dimiliki satu atau dua orang saja tapi Toko Madura adalah perwujudtan paling mutakhir dari demokratisasi ekonomi atau bisa disebut sebagai ekonomi pancasila karena pemilik benar-benar rakyat.
Jadi berkembangnya toko Madura lebih cepat lagi tidak hanya berkontribusi bagi growth tapi juga equality
Jadi kalau ada anekdot “Toko Madura hanya akan tutup kalau kiamat saja, itupun setengah hari” itu benarnya adanya karena memang unique selling point dari Toko Madura adalah kegigihanya dengan membuka 24 jam.
Bukan perkara itu saja, kegigihan orang Madura dalam menaklukan Ibu Kota dengan Madura Way melalui Toko Madura harus didorong dan diperhatikan.
Bukan lantas karena mereka bisa hidup sendiri tanpa bantuan pemerintah, mampu melawan ritel besar lalu ditinggalkan.
Selanjutnya melihat Dollah gigih dalam menjalankan toko Madura jadi berpikir sebenarnya rakyat punya daya adaptasi yang harus terus didorong dalam merespon ekonomi dengan cara-cara kreatif atau creative destruction.