Melayani Om-om, yang Dipikir Cuma, Duit, Duit dan Duit
jpnn.com - Sebuah yayasan sosial di kawasan Demak, Surabaya, menampung ABG-ABG korban trafficking. Di sana mereka "disembuhkan" dari trauma masa lalu yang kelam.
---
"SAAT tidur dengan om-om, yang saya pikirkan duit, duit, dan duit. Nggak ada lagi. Toh, sebentar lagi juga tuntas," kata Dian (bukan nama sebenarnya) ketika berbincang dengan Jawa Pos di Kantor Yayasan Embun Surabaya akhir pekan lalu.
Di kantor yayasan, saban pekan gadis korban trafficking itu berkumpul. Sekitar 15 ABG tersebut berbagi cerita. Para ABG ngobrol tentang kehidupan mereka kini, sekeluar dari masa lalu yang hitam. Tentu saja, para aktivis yayasan ikut mengarahkan obrolan mereka.
Gadis 18 tahun tersebut merupakan salah seorang korban trafficking. Kini Dian masih duduk di kelas III SMK. Dia memulai petualangannya sebagai ABG nakal ketika masih berusia 15 tahun. Ketika itu dia masih duduk di bangku SMP.
Dia bercerita masa lalunya yang kelam tanpa tedeng aling-aling. Apa pun diceritakannya dengan lugas. Dia mengungkapkan, perkenalannya dengan dunia kelam itu bermula dari kebiasaannya kongko di kafe kawasan Darmo Park.
Dian bisa sampai ke sana karena ajakan teman sepermainannya. "Di kafe semula saya tidak mau ikut-ikutan mabuk. Namun, teman yang mengajak saya mengancam, kalau tidak mau ikutan saya tidak diantar pulang," ungkapnya. Sejak itulah, kebiasaannya menjadi keterusan.
Menurut Dian, bukan hanya gadis SMP yang kongko di sana. Bahkan, yang masih duduk di bangku SD pun ada. Namun, agar tidak canggung bergaul, kadang mereka mengaku sudah duduk di bangku SMA.
Hingga suatu saat, dia dikenalkan dengan seorang perempuan bernama Ayu Puji Astuti. Ayu merupakan mucikari yang biasa mempekerjakan anak-anak. Untung, setahun lalu Polrestabes Surabaya berhasil membongkar sepak terjang Ayu. Kini dia mendekam di tahanan.