Melayat Drive-Through
Oleh Dahlan IskanTentu saya menghubungi Helen dulu. Agar acara meisong jangan ditutup dulu. Toh, tidak ada jenazah di situ yang harus segera diberangkatkan ke pemakaman.
Sudah sepi. Tinggal tiga adik dan anak-anak almarhum yang masih di tempat acara. Disertai beberapa manajer inti di perusahaan sepatu itu.
Tanpa petunjuk Google Map saya tahu di mana mobil harus belok –ikut karangan bunga. Sejak di jalan raya, karangan bunga berjajar tidak terhitung lagi. Pun di jalan masuk ke tempat acara: penuh dengan karangan bunga.
Tempat meisong itu di pabrik sepatunya yang no 3. Seluas 2,5 hektare. Di sebelah pabrik sepatu no 4 yang lebih luas.
Masuk kompleks pabrik ini, mobil saya diberhentikan. Seorang petugas 'menembak' kening saya: 36 derajat Celsius. Juga kening Kang Sahidin yang mengemudikan mobil: 36 derajat.
Di tahap berikutnya ada petugas yang membagikan penutup wajah yang bening itu. Yang diproduksi di pabrik itu juga. Di situ orang yang meisong juga diberi spidol dan dua lembar kertas merah.
Lembar pertama untuk diisi nama dan nomor telepon. Ini penting untuk pelacakan Covid-19–bila diperlukan kelak.
Lembar keduanya, kertas kosong: boleh menulis kenangan apa saja untuk almarhum. Bagi yang mau, tulisan itu akan ditempel di papan yang dipajang di tempat meisong.