Memahami Invasi Rusia ke Ukraina, Apa Target Putin Sebenarnya?
Perluasan NATO sendiri, bagi Rusia, merupakan instrumen politik luar negeri AS untuk semakin menanamkan hegemoni mereka di kawasan.
Putin menyoroti telah diabaikannya norma-norma internasional oleh Barat dalam penyelesaian berbagai permasalahan dunia. Putin mengambil beberapa contoh pelanggaran hukum internasional seperti pengeboman Beograd, Libia, Irak, dan terakhir terhadap Suriah, yang dilakukan koalisi Barat.
Semua pengeboman koalisi itu tidak pernah mendapatkan persetujuan, baik dari pemerintah Suriah maupun DK PBB.
Dia mengemukakan, upaya penyelesaian dengan cara kekerasan itu tidak menyelesaikan masalah, tetapi justru menimbulkan permasalahan baru.
Putin menyebut aksi koalisi dan penghancuran di Suriah telah melahirkan arus pengungsi besar-besaran ke Eropa dan munculnya sarang-sarang baru terorisme internasional.
“Sinyalemen Putin tersebut seakan merupakan bentuk protes dan habisnya kesabaran Rusia terhadap berbagai permasalahan dunia yang selama ini diselesaikan secara sepihak oleh AS dan sekutu mereka tanpa mempertimbangkan pandangan pihak lain. Moskow secara konsisten menyerukan tatanan dunia yang multipolar, yang sayangnya semakin hari menunjukkan arah yang sebaliknya,” ujarnya.
Selain itu, demiliterisasi ditujukan untuk melumpuhkan kekuatan rezim yang berkuasa di Kyiv yang selama delapan tahun telah menimbulkan kesengsaraan terhadap rakyat Ukraina Timur.
Sebagaimana diberitakan pers Rusia, serangan dilakukan sehari setelah Putin menerima permintaan dari pemimpin Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk, dua region yang mendeklarasikan kemerdekaan dari Kyiv dan Rusia mengakuinya dua hari sebelumnya.