Membangun Karakter Pemuda di Era Milenial
jpnn.com - Oleh Iwan Setiawan Arifin Manasa
Sekretaris Jenderal Jaringan Pengembangan Pemuda dan Olahraga
(Jarbangpora)
Hari ini, 28 Oktober 2018, kita memperingati salah satu tonggak utama sejarah bangsa Indonesia: Hari Sumpah Pemuda (HSP) ke-90. Banyak di antara kita mengadakan peringatan HSP dengan berbagai cara di seantero negeri. Kita sadar, banyak inspirasi dan semangat bisa kita gali dari peringatan ini, dan semua itu kita jadikan motivasi untuk membangun Indonesia.
Peringatan Sumpah Pemuda memberi kesempatan kepada kita untuk mereguk energi positif dan ide perjuangan dalam kerangka menggelorakan masyarakat, memajukan bangsa, dan menggerakkan negara. Ada yang terwujud melalui ungkapan kritis, luapan kreatif, juga keikhlasan untuk mengikat satu demi satu menjadi bersama.
Kita selalu ingat bagaimana dulu Kongres Pemuda Indonesia II berlangsung, diikuti berbagai perkumpulan pemuda yang bersifat nasional, kesukuan, kepanduan maupun keagamaan dengan identitas sendiri-sendiri. Namun di balik kebinekaan itu, mereka memiliki elan kebersamaan, mengusung keinginan kuat untuk merdeka. Menjadi Indonesia yang satu.
Saat itu, mereka tidak serta-merta setuju untuk bersatu. Mereka harus melalui pembicaraan dan perdebatan yang panjang, luas, dan mendalam. Baru setelah Kongres II, dan setelah rapat ketiga, Putusan Kongres Pemuda-Pemuda Indonesia – yang sekarang kita kenal dengan Sumpah Pemuda – dibacakan dan beroleh sambutan hangat. Semua jalan ditempuh agar kesepakatan untuk bersatu bisa bulat dan utuh. Jadilah Sumpah Pemuda menjadi kesepakatan sosial bangsa Indonesia yang mengikat erat.
Kini, 90 tahun sesudahnya, kita patut bersyukur karena Indonesia terus dan tetap memiliki banyak pemuda dengan daya kritis dan daya kreatif yang sangat besar. Rentetan pengalaman panjang dan berharga bangsa ini, terutama ketika pemuda tampil sebagai pelopornya, sangat tepat menjadi landasan untuk membangun karakter pemuda demi Indonesia yang maju dan bermartabat.
***
Membangun karakter pemuda tentu dilakukan dengan menimbang dan memperhatikan kondisi riil kaum muda saat ini, juga tantangan mereka pada masa depan. Salah satu fitur kaum muda sekarang – orang menyebutnya generasi milenial – adalah sosok aktif yang kapan saja dan di mana saja selalu menyampaikan pendapat kritis dan ekspresi kreatifnya. Semua bisa terjadi, karena pernyataan mereka mendapatkan ruang yang paling besar dalam sejarah kita.