Membangun Kembali Hubungan Indonesia dan Suku Aborigin Lewat Tarian
Tak hanya itu, kami bertiga bersama Dedy melakukan kolaborasi dan eksplorasi gerak dan musik bersama sejumlah seniman lokal dari Yirrkala. Rencananya hasil kolaborasi ini akan dipentaskan di akhir program bersama anak-anak telah mengikuti pelatihan tari.
Pertunjukkan kolaborasi akan digelar tanggal 5 November 2015 di Roy Dadaynga Marika Stage, Yirrkala Art Centre, dengan menampilkan tari Ratoh Duek, Tapuak Galembong dan Jatilan. Para penonton juga akan dihibur oleh sejumlah penampilan dari beberapa kelompok kesenian lokal.
Rencananya, pertunjukkan kolaborasi akan dihadiri Konsul Republik Indonesia di Darwin, Andre Siregar, beserta tokoh adat Aborigin dan warga di Yirrkala, serta masyarakat Indonesia yang menetap di wilayah ini. Diperkirakan ada sekitar 5 hingga 8 orang Indonesia yang tinggal di Yirrkala.
Kami berharap jika proyek kolaborasi akan bisa diteruskan di masa depan, dengan mengundang seniman-seniman lokal dari Yirrkala untuk berkunjung ke Indonesia, tepatnya ke Ponorogo, kota asal Dedy dan Aceh, tempat saya berasal.
Harapannya lewat koneksi dan pemahaman tentang sosial budaya dan bahasa yang dilakukan secara timbal balik, proses kolaborasi akan terus di bangun hingga menjadi sebuah koreografi.
*Tulisan ini adalah pendapat pribadi. Murtala adalah penari dan koreografer untuk kelompok tari Suara Indonesia yang bermarkas di Sydney. Suara Indonesia didirikan pada tahun 2000 oleh Alfira O'Sulivan, wanita berdarah campuran Aceh, Irlandia, dan Australia, dan telah aktif menggelar pertunjukkan seni budaya Indonesia ke seluruh Australia, Selandia Baru, bahkan Eropa. Ikuti kegiatan mereka lewat akun Facebook Suara Indonesia.