Mendesak, Reklamasi-Giant Sea Wall di Pantura
jpnn.com - ADA dua penyebab banjir di Jakarta. Terjangan air rob dari laut dan limpahan air dari kawasan Puncak, Bogor. Giant sea wall atau tembok laut raksasa yang dibangun di pantai utara Jakarta menjadi salah satu solusi ampuhnya. Tembok raksasa ini kelak akan dibangun di atas lahan reklamasi yang luasnya mencapai 5.100 hektar! Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana mempercepat pembangunan proyek giant sea wall (GSW) dan reklamasi pantai di kawasan Jakarta Utara. Menurut Gubenur DKI Jakarta Joko Widodo, pelaksanaan pembangunan harus dipercepat.
Pembangunan harus bertepatan dengan musim panas agar penyelesaian konstruksinya berkualitas bagus. ”Saat ini kita sudah kejar-kejaran dengan level air laut yang semakin tinggi. Air tanah di sana setiap tahun turun terus,” ujarnya. Ide pembangunan tanggul raksasa ini muncul di masa kepemimpinan Gubernur Fauzi Bowo untuk menanggulangi banjir Khususnya di sisi Utara Jakarta, hingga 1.000 tahun ke depan.
Tanggul ini juga difungsikan agar mencegah terjadinya banjir rob yang lebih besar serta sebagai sumber air bersih. Selain Pemprov DKI Jakarta, pembangunan GSW akan melibatkan berbagai instansi terkait, seperti Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Dalam perencanaannya, Fauzi Bowo pernah melibatkan Pemerintah Belanda dalam perancangan proyek tersebut. Pertimbangannya, Belanda dinilai berpengalaman dalam membuat bendungan. Dirancang pula ada jalan melingkar serta pusat pertumbuhan ekonomi baru di atas tanggul. Sebelum prediksi rob di seluruh pantai Utara Jawa terjadi, proyek ini harus sudah selesai. Dikatakan pria yang disapa Jokowi ini, pembangunan kawasan baru ini akan sangat baik.
Karena semua dimulai dari awal, sehingga utilitas bisa diatur sedemikian rupa dengan pembuatan ducting (saluran). ” Kabel, gas, dan utilitas lainnya di bawah tanah. Jadi kota efisien, karena dilengkapi dengan pelabuhan, airport, pusat industri, dekat semua,” ucapnya. Selain itu, sambung bekas Walikota Solo ini, nantinya 5 persen dari luas lahan perluasan atau sekitar 250 hektar wajib diserahkan kepada Pemprov DKI Jakarta.
Lahan tersebut akan digunakan untuk pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) bagi nelayan yang berada di kawasan tersebut. ”Studi untuk pembangunan ini rampung tahun depan. Studi yang dilakukan untuk mengetahui, bahwa reklamasi pantai tidak mengganggu serta merusak lingkungan, tapi juga memberi manfaat bagi masyarakat,” jelasnya. Dengan pembangunan GSW dan reklamasi pantai ini, tidak hanya menambah lahan di ibu kota, tetapi juga bisa mengurangi banjir akibat rob.
Selain itu juga untuk penyediaan air bersih, karena selama ini air baku Jakarta masih sangat tergantung dari Waduk Jatiluhur. ”Selain mengurangi banjir ada waduk air baku. Jadi bisa semakin dekat, biaya operasional menurun,” ucapnya. Jokowi menuturkan, selama proyek giant sea wall belum berjalan, Pemprov DKI dalam waktu dekat membangun pabrik penjernihan air di Curug, Karawang, Jawa Barat.
”Proyek ini merupakan solusi jangka pendek memenuhi kebutuhan air bersih Jakarta, sementara solusi jangka panjang adalah membangun tanggul raksasa,” terang Jokowi. Sebelumnya Direktur Jenderal Sumber Daya Alam dan Mineral Kementerian Pekerjaan Umum Muhammad Hasan juga memastikan, pembangunan tanggul raksasa di pantai Utara Jakarta akan mulai dilakukan pada 2014.