Menengok Si Jilbab di Nanjing
Untuk cari uang. Dan cari pengalaman. Mumpung banyak karyawan mereka libur. Mudik masal ‘’lebaran Imlek’’.
Khairul beda: main band. Bersama empat mahasiswa asal Indonesia lainnya. Dia pegang bas. Nama bandnya gaul: Gaduh.
Sering dapat job. Untuk pesta kawinan orang Nanjing. Dengan lagu-lagu berbahasa Inggris. Untuk menaikkan gengsi pesta perkawinannya.
Khairul kelihatan ceria selalu. Padahal hatinya lagi galau. Pacarnya yang di Sampit kirim WA: minta putus. Mau kawin. Terlalu lama menunggu Khairul pulang.
Khairul pun menangis. Dua hari. Lalu menghapus semua foto pacarnya. Juga nomor teleponnya.
Habis makan kami pun jalan kaki ke masjid. Salat zuhur. Khairul jadi imam saya. Inilah masjid yang sangat tua. Dibangun tahun 1653. Sebelum komunisme lahir.
Dalam hal keluarga mereka sama: kangen ibu. Dalam hal makanan mereka juga sama: kangen makan tempe.
Dasar mahasiswa jurusan bisnis mereka jadikan itu bisnis. Bikin tempe. Dijual ke mahasiswa Indonesia lainnya. Di Nanjing saja ada 800 mahasiswa kita.