Mengajarkan Makna Ramadan di Perth
Putri kembarnya, Annika dan Nabila yang sekarang berusia 12 tahun, sama seperti banyak anak-anak sekolah di Australia lainnya, aktif di sekolah mereka baik di bidang olahraga dan musik.
"Dalam bulan Ramadhan saya tetap mendorong anak-anak beraktifitas sebagaimana biasanya dan tidak mengurangi kegiatan olahraga dan musik di sekolah mereka. Â Karena menurut saya, sebagai pendatang, untuk bisa diterima di dalam suatu lingkungan kita harus bisa masuk dan menjadi bagian dari lingkungan itu sendiri dulu. Tentunya kita tetap harus melakukan seleksi yang positif." kata Astanti.
Menurutnya, situasi lingkungan di Australia yang sangat berbeda dengan di Indonesia, tidak memungkinkannya untuk mengajarkan puasa dengan cara yang sama dengan yang dilakukan para orang tua umumnya di Indonesia.
"Untuk itu saya memperkenalkan manfaat dan menanamkan kesadaran untuk berpuasa dulu sejak usia dini, bukan kewajibannya kepada anak-anak. Misalnya dengan mengajarkan mereka untuk mengontrol emosi mereka, menahan diri dan menganjurkan mereka untuk puasa dimulai dengan setengah hari ketika mereka di Pre-primary." lanjut lulusan S1 Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta tersebut.
Menurut Astanti, dia berhafrap bahwa dengan berjalannya usia mereka, puasa akan menjadi suatu kebutuhan anak-anaknya dan bukan sekedar menjalankan kewajiban.
"Saya merasa bahwa tumbuh di dalam lingkungan yang notabene sebagin besar tidak mengenal apa itu Ramadhan, anak-anak lebih butuh untuk dibekali kekuatan iman dulu baru perlahan ritualnya." katanya lagi.
Cara pemikiran ini menurut Astanti sempat menarik perhatian beberapa guru maupun orang tua murid ketika anak-anaknya masih di sekolah dasar.