Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Mengapa Bu Risma Tidak Boleh Mundur

Selasa, 04 Maret 2014 – 01:26 WIB
Mengapa Bu Risma Tidak Boleh Mundur - JPNN.COM
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Foto: dok/JPNN.com

Saya sangat gelisah ketika melihat Risma di Metro TV dalam talk show Mata Najwa, dimana pertama kali pembicaraan pengunduran dirinya mengemuka. Mengenal Risma bertahun-tahun lalu, saya sangat terkejut dengan pengakuannya. Kenyataan yang menyedihkan bahwa walikota ini juga mendapat tekanan dari orang dalam.

Penguasa di Surabaya jelas tidak nyaman dengannya. Hanya beberapa bulan setelah terpilih pada tahun 2010, Risma menghadapi upaya pemakzulan yang diusung parlemen daerah karena keputusan menaikkan pajak reklame. Untungnya, gelombang dukungan publik dan intervensi Megawati Soekarnoputro meredakan ancaman tersebut.

Sayangnya, Risma kemudian disandingkan dengan wakil walikota baru, Wisnu Sakti Buana yang menggantikan Bambang D.H –yang maju untuk pemilihan gubernur namun gagal. Ironisnya, Wisnu adalah salah satu yang mengusulkan pemakzulan Risma ketika ia menjabat sebagai Wakil ketua DPRD.

PDI-P secara alami menolak penilaian masyarakat bahwa Risma dan Wisnu saling tidak menyapa. Ada juga isu yang muncul bahwa ini bagian konspirasi untuk melemahkan partai.

Risma belum sepenuhnya membantah kemungkinan dirinya untuk mengundurkan diri. Warga Surabaya saat ini mendukung Risma di jalan-jalan dan publikasi online lewat tagar #SaveRisma.

Apapun kebenaran yang ada di belakang masalah Risma, akan sangat disayangkan jika karir politiknya harus berakhir lebih cepat. Dia adalah simbol yang menunjukkan bahwa politik bukan hanya "cara cepat menjadi kaya" dan juga menunjukkan bahwa perempuan Indonesia bisa menjadi kekuatan yang luar biasa bagi perubahan. Disamping itu, dia bisa menjadi salah satu kisah sukses terbesar PDI-P. Seperti halnya Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, Risma adalah bukti bahwa orang-orang berbakat bisa berperan serta di Republik ini.

Kontroversi yang membelit Risma telah membuka jendela baginya menjadi figur nasional. Tidak mengherankan jika banyak partai politik mengincarnya sebagai kandidat wakil presiden di pemilu nanti. Satu harapan yang PDI-P sadari (selain kekuatan besarnya adalah sumber daya manusia)  adalah betapa berharganya Risma dalam pertempuran politik ke depan.[***]

SURABAYA bukanlah kota yang pengecut. Banyak orang Jakarta meremehkan kebersahajaan dan kepribadian yang meledak-ledak pada "Arek Suroboyo".

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
  • Karim Raslan

    Saatnya Indonesia Berubah

    Selasa, 12 Agustus 2014 – 10:46 WIB
    Saatnya Indonesia Berubah - JPNN.com
  • Karim Raslan

    Propaganda dalam Hasil Survei

    Jumat, 27 Juni 2014 – 00:16 WIB
    Propaganda dalam Hasil Survei - JPNN.com
  • Karim Raslan

    Pelajaran Berharga Modi untuk Indonesia

    Kamis, 12 Juni 2014 – 00:37 WIB
    Pelajaran Berharga Modi untuk Indonesia - JPNN.com
  • Karim Raslan

    Korban Pemilu

    Rabu, 04 Juni 2014 – 02:02 WIB
    Korban Pemilu - JPNN.com
X Close