Mengejar Ombak, Tenggelam, Muncul, Langsung Teriak Senang
Dengan cepat gelombang itu sudah meninggi dan siap membentuk ombak. Salah satu surfer mendapatkan ombak itu, mengayuh papan selancarnya secepat yang dia bisa, sebelum gelombang itu pecah.
Tubuhnya meliuk-liuk di dinding ombak dengan cepat. Satu persatu dinding ombang dibelakangnya berjatuhan dan siap menggulung surfer itu.Sesekali papan selancarnya menyapu pucuk kepala ombak dan menghasilkan cipratan air yang membentuk setengah lingkaran.
Selang 15 detik, surfer itu sudah mendekati bibir pantai terbawa dinding ombak yang dia selancari. Semakin ketepi, ombaknya semakin ganas, dengan cepat surfer itu tergulung ombak yang jatuh di atas kepalanya.
Beberapa detik, surfer itu tidak muncul kepermukaan, mungkin sedang diputar sana sini oleh ombak yang berkecamuk. Sesaat kemudian surfer itu muncul kembali. Dia berteriak, senang, karena berhasil mendapatkan salah satu ombak terbaik sore itu.
Puluhan surfer itu tidak semuanya “pemain lama”, empat atau lima orang terlihat mencoba ombak-ombak kecil yang berada di tepian muaro. Mereka adalah para pemula yang masih dalam tahap belajar.
“Dua tahun belakangan banyak yang belajar, dulu yang main orangnya itu-itu saja, sekarang sudah ramai. Kami sampai berebut ombak,” ujar Vela, salah seorang surfer.
Pria berbadan kekar berstelan pantai dengan kaca mata hitam atau sun glass ala surfer itu mengaku banyak manfaat dari kegiatannya bermain surfing. Sebab selain keseimbangan, olah raga ini menuntut kekuatan fisik terutama lengan, punggung dan perut untuk mengayuh papannya mengejar ombak.
“Kalau main surfing rutin, nggak perlu nge-gym, perut sudah sixpack, lengan sudah kekar saja dengan sendirinya,” ujarnya.