Mengenal Faizal Motik, Sosok Pencipta Lagu Pilpres
Raih MURI Berkat Lagu Pemilu dalam Enam BahasaSelasa, 23 Juni 2009 – 19:20 WIB
Cerita sedikit soal slogan wong kito, terang Faizal, mulanya digunakan untuk menyebut sesama suku Palembang, meliputi Sumbagsel, yaitu Sumsel, Jambi, Bengkulu, dan Bangka Belitung. Istilah sangat dikenal di Palembang malah wong kito galo. ”Slogan wong kito galo merupakan ekspresi persatuan khas dialek orang Palembang kota. Tapi sebenarnya dialek di Sumsel itu ada tiga kelompok besar, Palembang uluan yaitu mirip dengan melayu Malaysia, Palembang Komering yaitu mirip bahasa Lampung, dan Palembang kota merupakan campuran dialek melayu lokal dengan bahasa Jawa.”
Slogan wong kito galo sudah menjadi bagian penting dari keberagaman persatuan bangsa dibawah semboyan Bhineka Tunggal Ika. Nah, lima dialek dalam satu lagu itu, yaitu Palembang, Batak, Jawa, Ambon, dan Betawi, disempurnakan dengan bahasa Indonesia, yang dianggap sebagai proses “demokrasi” yang berbuah “kompromi”. “Kami akan sosialisasikan lagu ini ke seluruh provinsi di Indonesia. Penggunaannya tidak hanya saat pilpres, tapi bisa juga saat pemilu dan pemilihan kepala daerah. Dalam waktu dekat, kami akan jumpa pers di Palembang, jangan dak dateng yo,” ajaknya.
Faizal lahir di Jakarta, 11 Oktober 1956. Dia merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara. Ayahnya, H Basyarudin Rahman (HBR) Motik, putra Pasirah Bungamas, Kecamatan Kikim, Kabupaten Lahat, dan ibunya Zainab Danal, putri Pasirah Pangeran Danal, Kabupaten Muara Enim. Nama besar sang ayah dan mertua sama-sama diabadikan menjadi nama jalan di beberapa daerah.(***)