Mengenal Tukirin Partomihardjo, 34 Tahun Meneliti Biota Krakatau
Bertiga Nyaris Mati Dihujani Batu Berapijpnn.com - Anak Gunung Krakatau merupakan salah satu fenomena yang menjadi perhatian dunia. Ratusan pakar pernah datang untuk meriset gunung berapi yang masih aktif tersebut. Salah satunya Tukirin Partomihardjo yang separo hidupnya didedikasikan untuk Krakatau.
Laporan Tri Mujoko Bayuaji, Cibinong
USIANYA tidak lagi muda, 63 tahun. Sosok Tukirin Partomihardjo boleh dibilang salah seorang peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Meski sudah sepuh, Tukirin sampai saat ini masih aktif bolak-balik mengunjungi anak Gunung Krakatau di kawasan Selat Sunda untuk meneliti biota laut di sana.
’’Sekitar dua bulan lalu saya baru dari sana. Tahun lalu tiga kali saya ke sana,’’ ujar Tukirin ketika ditemui Jawa Pos di Pusat Penelitian Biologi LIPI di Cibinong, Jawa Barat, Kamis (4/6).
Secara fisik, Tukirin ternyata masih kuat untuk melakukan penelitian langsung di Krakatau. Bahkan, dia mengaku sanggup diadu dengan peneliti muda sekalipun. ’’Resepnya sederhana, banyak makan buah dan sayuran, mengurangi gula, istirahat yang cukup, dan hidup yang santai,’’ ujar suami Sumarhani itu, lantas tertawa.
Perkenalan Tukirin dengan anak Gunung Krakatau dimulai pada 1981. Ketika itu, Tukirin mendapat tugas training yang diadakan LIPI bekerja sama dengan badan PBB UNESCO. Subjek penelitiannya saat itu terkait dengan Selat Sunda, termasuk anak Gunung Krakatau.
’’Waktu itu, saya baru tahu bahwa Krakatau sudah menjadi objek peneliti dunia, bahkan sejak letusan monumental pada 1883,’’ katanya.
Tukirin yang waktu itu berusia 29 tahun dan masih berstatus peneliti muda menyatakan langsung jatuh hati pada gunung berapi tersebut. Dengan status salah satu gunung paling aktif di dunia, lingkungan sekitar Krakatau saat ini masih menjadi habitat tumbuhan dengan sistem yang sederhana.