Mengenal Yohanes Handoko, Guru Les Bahasa Inggris Joko Widodo
Pakai Inggris Jawa, Murid Tersebar di AS dan EropaSeluruh materi diriset minimal dua hingga enam bulan. Sebagian besar materinya dibuat sendiri, namun dia juga menggunakan kurikulum Cambridge. Buku-bukunya mayoritas dari luar negeri.
Dia berpatokan bahasa Inggris harus sesuai dengan rohnya, yakni British (Inggris) dan Amerika Serikat. Hanya, pendekatan budaya Indonesia harus mendapatkan prioritas. "Di sini semua materi tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945, Pancasila, dan NKRI. Tidak boleh mengandung pornografi dan SARA. Begitu ada, kami cut," tutur suami Martha Sattia Desrajudi Ningsih tersebut.
Dia juga menekankan budaya Timur sebagai dasar bahasa Inggris. Dengan begitu, yang tercipta adalah bahasa Inggris dengan ciri khas Indonesia, lebih tepatnya bahasa Inggris rasa Jawa.
Di berbagai negara, pengajaran bahasa Inggris pun disesuaikan dengan kultur masing-masing. Karena itu, terciptalah Singlish (Singapore English), Japanese English, dan lainnya.
Ciri khas Java English tampak betul pada Handoko. Saat diwawancarai, beberapa kali dia berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris logat Jawa yang kental. Selain itu, meski lama berkecimpung di dunia bahasa Inggris, anak kedua di antara lima bersaudara tersebut tidak tertular virus keminggris. Berbicara dengan guru-guru di HK pun, dia menggunakan bahasa Jawa.
Tidak heran, Handoko memiliki banyak murid. Saat ini murid-murid yang pernah les di tempat kursusnya sudah menyebar. Sebagian berada di Eropa dan AS. Karena kedekatan dengan Handoko, tidak jarang para alumnus itu mengontak untuk berdiskusi dan menyempurnakan kemampuan bahasa Inggris.
Apabila mereka berkunjung ke Solo, HK selalu menjadi tempat persinggahan. Tidak jarang Handoko menerima hadiah dari para murid. "Saya pernah nitip kamus sama murid saya di Amerika, uangnya mau saya ganti di Solo. Ternyata setelah sampai, dia tidak mau uangnya diganti," ujarnya.
Saat dia menikahi sang istri, salah satu orang tua murid bahkan menawarkan bantuan, apa saja yang kurang dalam penyelenggaraan pernikahannya akan dipenuhi. Handoko pun masih kerap berkunjung ke rumah para muridnya meski sudah tidak memiliki hubungan pendidikan.
Hubungan personal itu juga terjadi antara dia dengan keluarga Jokowi. Mulanya Jokowi meminta Handoko untuk mengajari Gibran berbahasa Inggris secara privat sekitar 2000, saat dia masih duduk di bangku SMP. Kemudian, les privat tersebut terhenti saat Gibran disekolahkan SMA ke Singapura pada 2002.
Saat Jokowi menjadi wali kota Solo, Handoko pun dipanggil. Dia dipercaya membantu menyempurnakan kemampuan bahasa Inggris Jokowi dan sang istri. Dia juga diminta mengajari Kahiyang Ayu dan Kaesang Pangarep, dua adik Gibran, berbahasa Inggris.
Saat menjadi gubernur DKI Jakarta hingga sekarang pun, Jokowi masih sering berdiskusi dengan Handoko terkait dengan keilmuannya itu.
Hubungan personal dengan murid dan orang tua murid itulah yang membawa Handoko untuk kali pertama menginjakkan kaki di Istana Negara belum lama ini. "Saya itu masuk istana saja tidak ngimpi. Saya sadar, siapa saya. Saya belajar banyak dari beliau berdua (Jokowi dan Iriana)," ucapnya.
Karena Jokowi sejak awal sudah fasih berbahasa Inggris, Handoko selama ini hanya bertindak sebagai teman diskusi. Dia hanya membantu Jokowi dalam tiga hal. Yakni, pengayaan diksi, penggunaan kata, dan perbedaan arti kata.
Misalnya, menggunakan kata-kata bahasa Inggris dalam menjelaskan kebijakan ekonomi tentu berbeda saat berbicara mengenai hukum meski maknanya sama. Dalam hal perbedaan arti kata, secara sederhana, dia mencontohkan kata gate (gerbang). Arti kata gate bagi orang yang belum pernah ke bandara tentu berbeda dengan yang sudah pernah.
Handoko mengaku bersyukur karena mendapatkan kepercayaan dari Jokowi dan keluarganya. "Membayangkan program (Chilli Pari) itu berjalan tiga tahun dan saya masih didhawuhi (diminta) sampai sekarang mendampingi, membantu menyempurnakan, itu jauh dari bayangan saya," ucapnya. Karena itu, dia menganggapnya sebagai tanggung jawab dan pengabdian. (*/c10/end)