Mengenang Bertemu Gus Dur dan Guru Ijai, Mengharukan...
Paul harus bergerak cepat karena fakultas hanya memberi waktu enam bulan. Misi penyelamatan berakhir sukses.
Tak lama, salah satu mahasiswa datang ke rumah dan menjemput istrinya, Raden Roro Franzisca Moeprspti.
Franzisca diajak jalan-jalan ke pasar dan melihat-lihat kayu lapis kesukaannya. "Besoknya datang kejutan, dua truk penuh kayu lapis dan enam tukang," tukasnya menggeleng-gelengkan kepala.
Biaya rehab rumah yang dibangun tahun 1964 itu semuanya ditanggung mahasiswa. Paul memang sudah lama ingin memperbaiki rumah tuanya.
"26 Desember 1985, 23 mahasiswa muslim itu kemari merayakan Natal di rumah yang kembali tampil baru," kenangnya.
Ia mewanti-wanti generasi muda Banjar. Orang Banjar tidak pernah bermasalah dengan perbedaan agama.
"Orang Banjar memang fanatik soal agama, tapi mustahil membakar gereja!" tegasnya. Berkali-kali selama wawancara ia menyebut Banjarmasin yang manis.
Lantas, bagaimana kota ini di matanya sekarang? Paul pun meringis. Banyak hal baik dari Banjarmasin yang hilang digerus zaman.