Mengunjungi Pasar Wulandoni, Pasar Barter di Nusa Tenggara Timur
Seekor Ikan Terbang Dapat Satu Sisir PisangBerada tepat di depan kantor kecamatan, pasar barter tersebut menempati sebidang tanah berukuran setengah lapangan sepak bola. Transaksi dilakukan di tanah kosong tanpa atap dengan dua pohon asam rindang yang meneduhkan para pedagang dan pengunjung pasar yang mayoritas perempuan itu.
Tidak banyak yang tahu sejak kapan Pasar Wulandoni mulai beroperasi. Siti sendiri berjualan di Wulandoni sejak remaja. Dia menuruni jejak ibunya. ”Karena ibu sekarang sudah terlalu tua, saya yang melanjutkan berdagang,” ujarnya.
Pemerintah Kecamatan Wulandoni sengaja tetap mempertahankan pasar tersebut sebagai pasar barter karena menjadi ciri khas daerah itu. Memang, tak jauh dari lokasi tersebut, pemerintah setempat juga membangun pasar ”normal” di tempat beratap dan transaksinya menggunakan uang. Letaknya berada di pinggir pantai. Meski begitu, Pasar Barter Wulandoni tetap ramai dikunjungi orang untuk bertransaksi.
Untuk mencapai Pasar Wulandoni, para perempuan itu harus berangkat subuh dari desa masing-masing. Warga dari pegunungan biasanya menggunakan ”bus”, yakni sebuah truk bak terbuka yang telah dimodifikasi dengan bangku panjang untuk tempat duduk. Sementara untuk para perempuan di pesisir pantai, selain menggunakan ”bus”, ada yang naik perahu.
Misalnya, para perempuan dari Lamalera menggunakan johnson, istilah perahu dengan motor tempel di bagian buritannya. Mereka membuka lapak dagangan sejak pukul 09.00. Namun, aktivitas jual beli baru resmi dimulai setelah terdengar bunyi peluit dari petugas pasar.
Tidak banyak jenis hasil bumi yang dijual di Pasar Wulandoni. Selain pisang, perempuan dari pegunungan membawa ubi, pinang sirih, tuak, bayam, tembakau, sedikit wortel, serta buah-buahan lain seperti avokad.
Ada sebagian kecil perempuan yang membawa beras dan jagung giling serta minyak goreng. Sementara itu, perempuan dari pesisir membawa ikan segar, ikan asin, garam, dan hasil laut lainnya.
Mama Rosa misalnya. Perempuan paro baya dari Lamalera tersebut pagi itu memborong banyak pisang. Untuk itu, dia mesti ”membayar” dengan beberapa ikan terbang tangkapannya di laut. ”Satu ekor ikan bisa dapat 12 pisang (sekitar satu sisir, Red),” ujar Rosa.