Mengunjungi Penderita Kusta yang Mengucilkan Diri
Malu dengan Tetangga, Dibawa Keluarga Tinggal di Tengah Tambakjpnn.com - MS (inisial), 45, merupakan seorang di antara sekian penderita kusta yang memilih untuk mengucilkan diri. Bukan hanya MS, orang tua maupun keluarganya juga harus pergi meninggalkan rumah mereka dan saat ini hidup di tengah tambak garam yang jauh dari perkampungan. Bagaimana kondisi keluarga tersebut?
DIAN EKAWATI, Bangkalan
RUMAH kecil itu berada di tengah-tengah tambak garam. Panas matahari yang membakar kawasan tambak semakin menegaskan kesan kerontang di sekitar rumah berdinding tripleks tersebut. Di rumah itulah, keluarga Mang Bunali tinggal. Lokasi tambak tersebut berada di Kampung Binteng Laok Desa Tengket, Kecamatan Arosbaya, Bangkalan.
Kakek yang berusia sekitar 70 tahun itu adalah ayah kandung MS. Bunali pun menuturkan, semula keluarganya tinggal di Desa Bumilap, Kecamatan Sepuluh. Namun, pada 1990, dia melihat keanehan pada tubuh anaknya, MS.
Saat itu, bercak putih mulai muncul di kulit MS. Bahkan, kedua tangan anaknya mulai bengkok. Lantaran tidak ingin malu atau dikucilkan tetangga, Bunali lantas membawa keluarganya pindah dan membangun rumah di tengah tambak.
"Kami sudah periksa (memeriksakan MS). Tetapi, bukan di Puskesmas Arosbaya. Kami periksa di Puskesmas Tongguh lebih dari setahun lalu," kata Bunali saat ditanya sejak kapan dirinya tahu bahwa MS menderita kusta.
Sayangnya, meski bersedia menerima kedatangan Jawa Pos Radar Madura, MS kemarin tidak mau mengucapkan sepatah kata pun. Dia memang pemurung dan suka mengucilkan diri. Bukan hanya kepada orang lain, tetapi juga kepada keluarga sendiri.
Maryamah, seorang kerabat keluarga tersebut, membenarkan bahwa selama ini MS lebih banyak berdiam di rumah. "Dia (MS, Red) tidak pernah mau bermain ke rumah kerabat. Keluarga yang lain selalu menyapa dan suka berkumpul, tetapi dia lebih suka berada di rumah," tuturnya.