Menhub Terpesona dengan Bandara Blimbingsari Banyuwangi
Terminal baru itu dibangun karena terminal lama sudah tak mampu menampung lonjakan penumpang yang tumbuh 1.100 persen dalam empat tahun terakhir.
Menurut Budi, Bandara Blimbingsari bisa menjadi contoh bagi bandara lain di Indonesia. Bandara seharusnya dibangun tidak hanya untuk alasan fungsional saja, namun juga harus dipikirkan menjadi daya pikat tersendiri. Detail-detail bangunan juga harus menjadi perhatian, agar lebih artistik.
“Detail semacam ini harus diperhatikan agar Indonesia punya diferensiasi, terutama untuk pariwisata," jelas Budi yang juga merupakan arsitek lulusan UGM Yogyakarta.
Budi juga mengapresiasi apa yang dilakukan Pemkab Banyuwangi dengan membangun bandara lewat APBD. ”Contoh bagi semua daerah, jangan semua menunggu dana dari pusat. Banyuwangi ini menjadi bagaimana sebuah bandara di-drive oleh daerah," ujar Budi.
Dia menambahkan, pihaknya mendukung pembangunan Bandara Blimbingsari. Kemenhub akan melakukan penebalan landasan bandara menjadi PCN 40 dan perpanjangan apron. ”Maret 2017 jalan. Kalkulasi anggarannya sekitar Rp 50-60 miliar. Biar direct flight Jakarta - Banyuwangi segera terealisasi. Bahkan saya menawarkan Banyuwangi bisa dikelola pengelola internasional kalauprogress wisatawan asingnya bagus," tutur Budi.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menambahkan, pembangunan green airport sengaja dilakukan sebagai salah satu upaya menarik wisatawan. "Bandara yang unik akan menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi kami," kata Anas.
Anas lalu menceritakan pengalamannya ketika mencari ide untuk memulai pengembangan bandara. Dia bertemu dengan sejumlah eksekutif muda yang bisnisnya baru beranjak tumbuh. Mereka menyarankan untuk membangun bandara penuh kaca, sehingga tampak modern.
Namun, saat bertemu dengan pengusaha senior papan atas, Anas malah disarankan untuk membangun bandara yang berkarakter lokal, hijau, dan tidak mewah dengan kayu-kayu bekas.