Menko Puan: Jangan Menghamburkan Energi untuk Perselisihan
jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani mengingatkan semua pihak bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar baik dari sumber daya alam dan sumber daya manusia. Oleh karena itu, Puan berharap masyarakat Indonesia tidak menghabiskan energi untuk salin bertengkar satu sama lain.
Hal tersebut disampaikan Puan Maharami dalam sambutan tertulisnya dibacakan Staf Ahli Menko PMK Aris Darmasyah pada acara Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pemuda Katolik di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Jumat (21/6) malam.
“Kita harus memperkukuh kekuatan kolektif bangsa dan tidak boleh menghambur-hamburkan energi dalam perselisihan dan perpecahan,” ujar Puan dalam acara Rakernas dengan tema “Kaderisasi yang Berkelanjutan untuk Mewujudkan Pemuda yang Terampil, Kreatif dan Inovatif di Era Revolusi Industri 4.0".
Menurut Puan, Bangsa Indonesia ditakdirkan Tuhan sebagai bangsa yang plural dan multikultural baik dari segi etnis, agama, bahasa, budaya dan adat istiadat. Puan menegaskan tidak ada satu bangsa di dunia yang mempunyai sifat keragaman seperti bangsa Indonesia yang terdiri atas 714 suku dengan lebih 1.100 bahasa lokal yang hidup di 17.000 pulau.
“Bahkan agama-agama besar di dunia, Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu ada di Indonesia. Jadi, sebagai bangsa yang majemuk, maka semangat persatuan dan kesatuan menjadi pilar utama membangun bangsa dan negara," tandas dia.
Bangsa Indonesia, kata dia, harus terus bersatu memperkukuh semangat Bhinneka Tunggal Ika. Persatuan dan kesatuan, menurut dia, merupakan upaya untuk menjadi bangsa yang kuat, bangsa yang besar dan bangsa pemimpin.
“Dengan modal semangat dan energi kebersamaan, kita mampu berprestasi untuk memenangkan kompetisi. Kita harus percaya diri dan berani bersaing dalam kehidupan dunia yang semakin terbuka dan kompetitif,” ungkap dia.
Sementara itu, Ketua Umum Pemuda Katolik Karolin Margret Natasa mengimbau kepada masyarakat Indonesia agar kembali bersatu pasca-tahapan dan proses pemilu serentak 2019. Karolin menilai perbedaan pilihan politik dalam pemilu merupakan hal yang wajar dan setelah semua pihaknya harus bersatu.