Menlu Retno Perjuangkan Ekonomi Inklusif demi Kemajuan Afghanistan
Ia kemudian mengusulkan pembentukan kelompok kerja (working group) yang khusus membahas kerja sama ekonomi dengan lebih konkret dan melibatkan para pemangku kepentingan terkait guna memberikan kontribusi bagi kerja sama ekonomi.
Lebih lanjut, dalam Sesi II yang membahas soal pemberantasan narkotika, Retno mengatakan bahwa isu narkoba tidak hanya mengkhawatirkan bagi Afghanistan, tetapi juga isu yang akan memberikan dampak pada kawasan dan dunia.
“Kita perlu mengapresiasi kebijakan poppy ban. Pertanyaannya adalah bentuk dukungan apa yang dapat diberikan oleh masyarakat internasional sehingga kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Afghanistan,” kata dia, merujuk pada larangan menanam opium di Afghanistan, yang telah menurunkan 95 persen cultivation of opium di Afghanistan.
Dalam konteks ini, Retno mengatakan perlunya rehabilitasi bagi pengguna obat-obatan yang jumlahnya cukup signifikan dan berasal dari generasi muda Afghanistan.
“Masa depan Afghanistan akan suram jika upaya rehabilitasi tidak berhasil,” ujar dia, menegaskan.
Dia kemudian menekankan pentingnya pendekatan inklusif dan kebijakan treatment yang setara, di mana para korban perempuan dapat memperoleh perlakuan yang setara. Dalam konteks ini, Indonesia siap membantu upaya rehabilitasi dan program reintegrasi ke masyarakat.
Retno kemudian memaparkan pentingnya menyediakan sumber ekonomi alternatif bagi kehidupan masyarakat Afghanistan, dengan memperkuat kemampuan ekonomi komunitas.
Indonesia telah berkomitmen untuk menyiapkan mata pencaharian alternatif bagi 2.000 rumah tangga di Distrik Chaparhar di Provinsi Nangarhar, melalui dukungan untuk praktik agronomi yang berdampak bagi lebih dari 14.000 rakyat Afghanistan.