Menpar Akui Lulusan STP-NHI Bandung Memang Jempolan
jpnn.com, BANDUNG - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyemangati masyarakat akademik Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung agar terus menghasilkan insan-insan pariwisata jempolan. Arief bahkan secara khusus meminta STP Bandung tetap menggunakan NHI.
Istilah NHI merujuk pada National Hotel Institute, nama perguruan tinggi yang akhirnya berubah menjadi STP Bandung itu. “"Tetap gunakan penyebutan STP NHI karena NHI itu top of mind,” ujar Arief dalam The Infinite Gala Dinner 55 Tahun STP NHI Bandung di Hotel Papandayan, Bandung, Minggu (12/3) malam.
Sejumlah tokoh kondang hadir pada acara itu. Ada anggota Komisi X DPR-RI, Hj. Popong Otje Djundjunan alias Ceu Popong, Bupati Pangkajene dan Kepulauan, H. Syamsudin Hamid, Bupati Siak H. Syamsuar, Gusti Sultan Kacirebonan Abdul Gani Natadiningrat, hingga founder ESQ 165 Ary Ginanjar Agustian. Perwakilan negara sahabat juga hadir dalam acara itu. Yakni Atase Pendidikan Kedubes Perancis Emilienne Baneth-Nouailhetas, President of International Management Institute (IMI) Swis Mr. Heinz Burki, serta perwakilan The United Nations World Tourism Organization is the United Nations (UNWTO) Mr Alastair Morrison
Arief menambahkan, STP NHI Bandung sudah sangat dikenal karena kualitasnya. “Lulusannya bagus, bila brand value-nya tinggi, maka dituntut tinggi pula kekuatan competence, contribution, dan communication (3C, red). Saya yakin karena STP NHI brand value-nya bagus, maka 3C-nya bagus,” tuturnya.
Selain itu, Arif juga punya harapan lain pada STP NHI Bandung. Harapannya terkait dengan 10 Destinasi Prioritas yang telah dicanangkan Kementerian Pariwisata.
"Sekarang saya membangun Sepuluh Bali Baru. Saya minta anak-anak STP NHI Bandung agar berkontribusi di sepuluh destinasi baru tersebut. Saya akan membantu lulusan STP NHI Bandung untuk maju,” tegasnya.
Mantan Direktur Utama PT Telkom itu lantas membeber testimoninya tentang lulusan STP NHI. Menurutnya, 40 persen lulusan STP NHI Bandung mampu bersaing di luar negeri.
“Tapi saya biarkan, supaya negeri kita tidak lagi dipanggil Indon. Biar mereka bekerja dengan standart global agar ketika kembali ke Indonesia mereka menerapkan standart global tersebut di Indonesia,” harapnya.