Menristek: Belum Ada Metode yang Bisa Prediksi Kapan Gempa Terjadi
buoy system yang mampu mendeteksi potensi tsunami dalam hitungan detik. Dengan demikian informasi bisa langsung didapatkan sebagai upaya mitigasi bencana sedini mungkin.
"Pemerintah juga menyiapkan sistem cable yang salah satunya sudah disiapkan di selatan Pulau Jawa khususnya di Selat Sunda,” tambah Menteri Bambang.
Peneliti ITB Sri Widiyantoro menjelaskan, riset yang dilakukan tersebut diilhami dari adanya kajian sebelumnya oleh Ron Harris dan Jonathan Major pada 2016 berjudul Waves of destruction in the East Indies: the Wichmann catalogue of earthquakes and tsunami in the Indonesian region from 1538 to 1877 yang memberi catatan bahwa ditemukan tsunami deposit di dekat daerah Pangandaran, yang diperkirakan terjadi akibat gempa cukup besar pada 1584-1586.
Berdasarkan hal itu, maka dilakukan riset multidisiplin oleh ITB bersama institusi terkait untuk mengetahui sumber megathrust sehingga dapat dipetakan.
“Hasil simulasi selama 300 menit yang diturunkan dari model sumber gempa berdasarkan hasil inversi data GPS, tidak hanya dilakukan untuk 3 skenario. Namun dipilih yang paling representatif dan bahkan untuk keperluan mitigasi ditampilkan skenario yang paling worst case,” jelas Sri Widiyantoro.
Berdasarkan hasil simulasi selama 5 jam didapatkan pada skenario pertama di wilayah sebelah barat Pulau Jawa, diprediksi tinggi tsunami khususnya pantai selatan Jawa maksimum 20 meter dimana semakin ke timur akan semakin kecil karena sumbernya berada di sebelah barat.
Skenario kedua dikondisikan pusat gempa berada di sebelah timur, maka tinggi tsunami di sebelah timur akan lebih tinggi dari wilayah barat.
Selanjutnya skenario ketiga atau skenario paling buruk di mana gempa terjadi secara bersamaan di barat dan timur, maka diprediksi tinggi tsunami maksimum 20 meter di sebelah barat, 12 meter di sebelah timur, dan di antara wilayah tersebut tinggi rata-ratanya mencapai 4,5-5 meter.