Mentan Syahrul Dorong Budidaya Sayuran Organik dari Petani Milenial
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto mengaku optimistis dapat menjadikan komoditas hortikultura guna menopang perekonomian dan menjawab tantangan dari dampak COVID-19.
Dengan demikian monitoring serta evaluasi nantinya akan dilakukan untuk penumbuhan dan penguatan para petani milenial di sentra hortikultura.
"Dulunya petani identik dengan orang-orang tua, namun di Kopeng Kabupaten Semarang ada sekumpulan anak muda yang menekuni budidaya sayuran organik. Mereka mengerjakan sendiri dari budidaya hingga pemasaranya. Model ini kita harus tularkan ke daerah lainnya agar perekonomian rakyat tidak terpengaruh dampak covid 19," ungkapnya.
Sofyan Adi Cahyono, petani milenial SOM Kepang sekaligus Ketua Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Citra Muda mengatakan di masa pandemi hingga new normal justru menyebabkan permintaan sayur organik naik pesat.
Tren konsumen masa kini sudah beralih dari produk segar ke produk pangan organik yang aman sehingga pemasaran dominan dilakukan secara online.
"Jenis usaha yang kami rintis adalah budidaya sayuran organik dengan aspek egalitas berupa tanda daftar kelompok tani yang beranggotakan 30 anggota petani muda, bersertifikat organik Indonesia dari INOFICE. Omset Rp 300 juta perbulan. Kami garap lahan seluas 10 hektar ditanami lebih dari 50 jenis sayuran," ujarnya.
Sofyan menegaskan, di masa pandemi dan new normal ini merupakan momentum yang sangat menguntungkan mengembangkan budidaya sayuran. Permintaan tidak hanya dalam Jawa Tengah, tetapi juga merambah Sumatera.
"Memang benar bahwa wabah covid-19 membuat penjualan justru semakin meningkat. Jika biasanya perbulan hanya mampu menjual 4-5 ton sayur organik, saat ini penjualannya meningkat hingga 300 persen menjadi 14 sampai 15 ton sayur per bulan," jelasnya.