Menteri Ini Jadi Perbincangan di Konferensi Internasional Tourism
Begitupun nasib batu bara atau Coal yang menempati posisi kedua dalam perolehan devisa untuk negeri. Tahun 2013, coal menyumbang USD 24,5M, lalu 2014 turun USD 20,8M, akhir 2015 turun lagi di USD 16,3M. Minya Kepala Sawit (CPO) juga begitu trend-nya, tahun 2013 USD 15,8M, lalu sempat naik USD 17M, dan akhir 2015 jatuh lagi di USD 15,4M.
“Trend itu berbeda dengan pariwisata, selalu naik, dari USD 10M, naik USD 11 M dan terakhir 2015 menjadi USD 11,6 M. Tetapi yang paling penting dan utama adalah CEO Commitment, President Commitment! Itu melebihi dari segalanya, ketika presiden sudah menetapkan sector pariwisata menjadi prioritas, maka semua problematika terkait dengan tourism dengan cepat akan menemukan solusinya,” sebut Arief Yahya. Statemen itu rupanya menjadi polemic, termasuk di media-media besar di Beijing –termasuk menjadi headline di China Daily-- mengutip statemen Arief Yahya itu.
Li Jinzao, Chairment of CNTA juga mencontohkan di Negeri Tirai Bambu itu sendiri industri pariwisata mampu men-drive 10,8 persen GDP, dan menciptakan lapangan kerja 10,2 persen. “Lima tahun ke depan, pariwisata di China diproyeksikan bisa menurunkan 12-14 juta orang. Karena itu, pembangunan di sector pariwisata terus akan dikembangkan,” papar Li Jinzao, Menpar-nya Tiongkok.
Industri pariwisata di China saat ini betul-betul menjadi kekuatan yang luar biasa, ketika pemerintahkan menjadikan sector ini sebagai salah satu kekuatan. Bagaimana tidak? Outbond traveller-nya 120 juta orang setahun. Inbound-nya 130 juta setahun, di 2015 lalu. Sedangkan wisatawan domestic mereka 4 miliar pergerakan setahun. Angka yang fantastic, dan membuat semua negara di dunia terbelalak untuk mengambil peran di pasar Tiongkok itu.
Istvan Ujhelyi, Vice Chair of The Committee on Transport and Tourism of the European Parliament saat diberi kesempatan berbicara di forum itu bercerita soal growth di sector pariwisata. Hanya pariwisata yang sustainable, tidak lekang oleh waktu, terus bertumbuh dalam situasi apapun.
“Turisme akan menjadi bisnis terbesar di abad yang akan datang. Ketika bapak saya lahir 67 tahun silam, hanya ada 25 juta wisatawan di seluruh dunia. Ketika anak saya lahir 15 tahun lalu, sudah lebih dari 700 juta wisatawan. Dan sekarang, sudah lebih besar dari 1,2 miliar orang berwisata,” jelas Istvan.
Katevan Bochorishveli Wakil Menteri Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan Georgia memperkuat statemen Arief Yahya. Beberapa tahun belakangan, kontribusi pariwisata dalam perekonomian di negerinya paling besar dan paling cepat bertumbuh. “Pariwisata bisa menciptakan lapangan kerja dengan cara-cara yang kreatif,“ sebutnya untuk menegaskan bahwa secara otomatis kemiskinan akan berkurang.
Marcio Favilla, yang mantan Tourism Minister of Brasil yang kini bekerja untuk UNWTO itu menambahkan, hadirkan turism juga bisa mengangkat pengusaha-pengusaha UMKM, usaha kecil, mikro, dan menengah. Itu sudah dia buktikan di banyak negara. “Merekalah yang akan mensupplay barang dan jasa, mendapatkan manfaat langsung maupun tidak langsung dari industry pariwisata,” jelas Marcio.