Menteri Nasir: Kembangkan Tenaga Nuklir untuk Perdamaian
jpnn.com, PEKANBARU - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dan Badan Tenaga Atom International atau International Atomic Energy Agency (IAEA), berkolaborasi dalam mengembangkan tenaga nuklir untuk perdamaian.
Sejak menjadi anggota IAEA pada 1957, hingga kini Indonesia menghasilkan berbagai riset dan produk berbasis teknologi nuklir di bidang pangan, kesehatan, obat-obatan dan pertanian.
Menristekdikti Mohamad Nasir mengatakan, melalui teknologi nuklir Indonesia harus mengembangkan riset yang bisa memberi manfaat kepada masyarakat di bidang pangan, kesehatan dan obat-obatan.
"Di bidang pangan dan kesehatan sudah berjalan baik dengan mutasi breeding kedelai dan produk radioisotop untuk kesehatan," katanya di sela-sela launching Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-23 di Pekanbaru, Riau, Sabtu (10/2).
Nasir menambahkan, kolaborasi Indonesia dan IAEA ini sekaligus memperkuat kerja sama pemanfaatan nuklir untuk tujuan damai. Apalagi Indonesia ditunjuk sebagai pendamping negara-negara di bagian selatan selatan dalam meningkatkan kapasitasnya memanfaatkan nuklir.
IAEA memandang Indonesia memiliki banyak tenaga ahli di bidang nuklir dan memiliki berbagai kesuksesan riset nuklir.
"Fasilitas reaktor riset dan Iradiator Gamma dengan tingkat kandungan dalam negeri menjadi bukti bagi IAEA bahwa Indonesia cukup berkembang di bidang nuklir. Selain itu, aspek keselamatan dan keamanan pemanfaatan nuklir pun optimal," beber Nasir.
Meski begitu, pemerintah belum resmi mendeklarasikan pemanfaatan nuklir untuk energi. Wacana studi tapak pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di sejumlah tempat diwarnai pro dan kontra dan masih ada kekhawatiran di masyarakat yang beranggapan nuklir membahayakan.