Menu Mandoti
Oleh: Dahlan IskanAmat Kaselanovic
Setelah membaca Disway hari ini, tetiba saya ingin berpantun. Meski kadang, kata-kata tak dapat mewakili rasa. Rumah dulu biliknya bambu/ Kain tapis kain bersulam/ Sesak dada sebab merindu/ Rasa cinta rindu mendalam
Alexs sujoko sp
Saya lulusan Pondok Tebu Ireng, dulu sering diajak temen sekampung ke pondok. Makan di rantang, nasi liwet sama lauknya yang ditumpah jadi satu. Makan bareng ngelilingi rantang/ nampan tadi......wowwwww, tradisi pondok banget. Temen sekampung jadi kyai, saya cuma gatel - gatel saja karena keluar dari tebu ireng. Ini guyonannya anak kampung. Wkwkkkkk
Parikesit
Mungkin beliau mengikuti pengajian kilatan Ramadhan. Sebagaimana yg kita semua tahu, kitab "bulughul marom min adillatil ahkam" yg lumayan tebal itu, tak sampai satu bulan, khatam juga. rahayu.
Kined Kined
Itu masih mending abah cuma panggil Kiai. Saya yang beristrikan orang Lampung harus menghafalkan panggilan2 ke kakak, adik, sepupu, kakek, nenek dari pihak istri yg panggilannya berbeda-beda. Tiap orang punya panggilan sendiri2 dan tidak boleh salah. Ada yang harus dipanggil Kanjeng, Atu, Kiai, Ibu Ratu, Sidi, Siti, Amo, Daeng, Sultan, dll.
Hardiyanto Prasetiyo
2 minggu yll berkat Abah saya jadi kepo, kepo setelah melihat video IG Abah bersama ustadz Husein Roni yg kata abah di video alumnus PMDG. Kemudian saya donwload video itu, saya bagikan ke jejaring WAG alumni berharap ada yg mengenali dan terkorek informasi beliau alumnus thn brp. Dlm sekejap ada beberapa jawaban, jawaban pertama dari alumnus pengusaha BPR di Malang yg rupanya dulu kawannya : setelah lulus PMDG beliau kuliah di Malang lalu kenallah dgn kakak abah. Jawaban kedua dari seorang alumnus mantan hakim PA Baturaja : persis sesuai info abah, beliau kepala KUA satu lembaga sama beliau dan satu wilayah pula. Jawaban yg ketiga, terakhir ini yg sungguh luar biasa, jawaban dari seorang alumnus pengusaha travel di Palembang yg istrinya orang baturaja, kebetulan trayek beliau ada di OKU, disuruhlah anak buahnya cari rumah adik beliau Nazarudin Roni yg jg alumnus PMDG karena yg dpt info alamat duluan rumah adiknya, ketemu dan dimintakan nomornya, dapat sdh. Akhirnya dihubungi terjadilah obrolan panjang sekaligus ketahuan beliau alumnus 60 an, 1 thn dibawahnya. Tp sayangnya beliau ustadz Husein Roni tak pnya WA, sehingga ketika mau dihubungkan ke teman2nya agak kesulitan. Sekelumit cerita agar terhubung dgn kawan lama.
Disway Reader
Sedikit tambahan abah,, budaya pisau/badik/golok atau yg lebih familiar di masyarakat Sumsel 'ladeng'/Mandau" dikarenakan sebagian besar masyarakat Sumsel itu berkebun, dan perkebunan itu msh byk binatang buasnya, seperti harimau, buaya, beruang dls. Sebenarnya fungsinya itu untuk jaga diri dr binatang buas tsb. Dan satu hal lagi di SUMSEL ini terdiri dr bermacam-macam suku. Komering itu hanya salah satu. Sebagai contoh, di kabupaten OKU, OKU itu terdiri dr suku Ogan, Komering, kisam, dayo. Kabupaten Musi Rawas, terdiri dr suku Musi, Rawas,Coll, rejang Rawas. Dan lebih byk lagi di kabupaten OKI.
Fauzan Samsuri
Tidak bisa membayangkan betapa repotnya seorang perempuan dengan membawa anak pada zaman itu harus menempuh perjalanan dengan bus umum dari Madiun sampai Jambi, karena bakti seorang istri atau atas dasar lainnya kita tahu pasti alasannya, namun "cinta" memang bisa membuat orang melakukan apa saja. Semoga baktinya diterima Allah SWT, Laha fatikhah.
Zainal Arifin
Saya juga dibiasakan mbaca oleh ustadz Umar Khirid, membaca kitab berbahasa arab: al adzkaar, imam nawawi, karena saya lulusan sd, smp islaam. Bila ada kata2 yg tak tahu, tanya langsung pd beliau. Terimakasih atas ketekunan beliau ngajar saya yg jendel ini.