Menuju 30 Tahun, Miles Films Hadirkan Flickering Spirit
Memasuki 2025, Miles Films akan mencapai perjalanan panjang selama tiga dekade. Sejak berdiri pada 1995, rumah produksi ini tidak hanya menghasilkan film-film berkualitas, tetapi juga menjadi kekuatan utama dalam memajukan sinema Indonesia.
Dari karya-karya awal seperti Anak Seribu Pulau (1996), Kuldesak (1998), Petualangan Sherina (2000), hingga film-film terbaru seperti Paranoia (2021) dan Petualangan Sherina 2 (2023), cerita Miles Films adalah kisah semangat, inovasi, dan dedikasi yang tidak pernah padam meski teknologi perfilman terus berkembang.
"Kami melihat film bukan hanya sebagai barang dagangan. Film punya tugas lebih dari itu," ungkap Mira Lesmana.
Filosofi itu tercermin dalam setiap karya Miles Films yang selalu berupaya menggugah pemahaman dan menyampaikan pesan penting kepada publik.
Lebih dari sekadar produksi film, Miles Films juga berperan dalam membangun ekosistem bagi sineas-sineas muda dan independen untuk berkembang.
Rangkaian Flickering Spirit mencakup beberapa program, yakni open studio, penayangan film, dan bincang seniman. Program open studio ini menelusuri berbagai fase penting dalam perjalanan sinema Miles Films.
Di lantai pertama, tema Tentang Seribu Pulau dan Laskar Pemimpi (1995-2012) mengajak pengunjung untuk melihat kembali era awal, di mana penggunaan seluloid dan estetika visual analog menjadi identitas yang kuat. Pameran ini menampilkan strip film seluloid dan infografis yang menggambarkan cerita-cerita penting dalam perkembangan sinematik Miles Films.
Lantai kedua, Transisi: Barat di Rimba, Timur di Humba (2013-2019), menyoroti peralihan dari seluloid ke digital. Pengalaman sinematografer seperti Yadi Sugandi, yang telah lama bekerja sama dengan Miles Films, merepresentasikan tantangan dan adaptasi teknologi yang mempengaruhi sinema Indonesia di kancah global.