Menyaksikan Serunya Perayaan 125 Tahun Orang Jawa di Suriname (3-Habis)
Melawak 30 Menit Dibayar 150 Dolar AmerikaUntuk menyaksikan lomba tersebut, penonton ditarik tiket masuk Rp 80.000 per orang. Mereka bebas mau menonton sambil berdiri atau duduk di kursi plastik yang disiapkan panitia.
Lantaran lomba bersifat ”open”, peserta tidak dibatasi umur. Itu sebabnya, ada peserta yang masih 17 tahun. Ada juga yang sudah kakek-kakek dengan giginya yang mulai ompong.
Pakaian mereka juga sederhana, pakaian sehari-hari. Hanya satu dua yang tampil dengan pakaian ”resmi” lomba. Misalnya mengenakan jas komplet atau memakai kebaya bagi peserta putri.
Mayoritas peserta juga tidak memedulikan penampilan di bagian wajah. Bahkan, ada peserta putri dengan penampilan seperti habis bangun tidur. Tanpa bedak, gincu, apalagi lipstik. Polos. Begitu pula peserta putra yang tidak memperhatikan rambutnya yang dibiarkan acak-acakan.
”Itu tidak prinsip. Yang penting nyanyinya bagus,” kata MC kocak Andrahman yang fasih berbahasa Indonesia.
Para peserta –17 laki-laki dan 6 perempuan– bebas menyanyikan lagu pop Jawa kesenangannya. Beberapa membawakan lagu milik penyanyi Indonesia yang memang ngetop di Suriname. Misalnya Hello Sayang milik Didi Kempot, Nggo Kowe (Eddy Silitonga), atau Ojo Podo Nelongso (Koes Plus). Kebanyakan lagu yang dibawakan bertema kisah asmara. Contohnya lagu Bocah Ayu milik Ragmad Amatstam, Ra Tak Kiro (Wakijan), Loro Atiku (Mantje K.), Kadung Trisno (Oesje), dan Kangene Ati (Maroef Amatstam).
Meski pada saat peserta tampil penonton bebas menyoraki, tepuk tangan tetap bergema begitu peserta menyelesaikan lagunya. ”Orlando…Orlando…I love you…,” teriak penonton cewek untuk penampilan Orlando Kertoidjojo yang malam itu menyanyikan lagu Eddy Silitonga Arek Ayu nanging Rewel.
Dalam beberapa penampilan, penonton sering dibuat terpingkal-pingkal menyaksikan aksi panggung peserta. Salah satu yang mengundang tawa adalah penampilan Wensly Kamperveen yang membawakan lagu Ojo Podo Nelongso.