Menyapa Art Center Melbourne dengan Pesan Cinta
Selasa, 03 Agustus 2010 – 17:25 WIB
Di lagu terakhir, Memet cukup berani improvisasi. Dia mengajak siapa saja untuk ikut menabuh alat musik di atas stage. Sebuah nyali yang cukup berani, dalam momentum resmi dan audience yang serius. Anak-anak kecil ikut naik panggung dan ikut memainkan kentongan. Waw, rupanya Memet sudah mengira, di akhir perform-nya itu tiga kendangnya tetap dominan.
Semua senang, semua happy, termasuk orang-orang Australia yang ikut maju di stage. Tepuk tangan mereka amat panjang, sambil berteriak dan berdiri. Seni betul-betul universal. Mereka yang tidak pernah mendengarkan alat-alat tradisional itu dimainkan dalam komposisi yang modern.
Respons-nya cukup mempesona. Penonton yang harus membeli tiket 30-49 Dolar Australia pun memberikan apresiasi yang tinggi. “Saya ingin musik tradisi itu digarap secara kekinian. Selama ini banyak musik tradisi yang tampil lugu. Apa adanya. Kalau seperti itu tidak akan maju. Kita malah terus ketinggalan zaman,” jelas Memet, komposer dan pimpinan Gangsadewa.