Menyempurnakan Teknik Sun Tzu
Spionase Jepang telah dimulai semenjak 2.400-an tahun silam, sejak Sun Tzu, ahli strategi Tiongkok, menyebarkan teknik-tekniknya di bidang intelijen.
Jepang tak hanya menggunakan spionase untuk kepentingan politik dan militer, seperti banyak dilakukan negara lain. Spionase ala Jepang mencakup semua bidang.
Menurut Deacon, Jepang menerapkan total intelijen. Setelah menyempurnakan teknik Sun Tzu, Jepang menjalankan spionase militer, ekonomi, industri, ilmu dan teknologi, kebudayaan, selera konsumen, kotak saran, tingkah laku manusia, ekologi, dan seterusnya.
Spion-spion Jepang melakukan banyak penyamaran untuk mendapatkan informasi penting. Ada yang menjadi wartawan, nelayan, tukang potret, kuli, penunggu toko kelontong, mengoperasikan rumah pelacuran hingga menjadi bintang film.
Berdasarkan kajiannya, apabila Jepang mempelajari gagasan dari bangsa lain, mereka pasti memperbaiki gagasan tersebut. Artinya, semangat yang diusung bangsa Jepang: cari dan temukan praktik terbaik di seluruh dunia dan lakukan perbaikan atasnya.
“Di antara semua bangsa di dunia, tidak ada yang melebihi hasrat bangsa Jepang dalam hal ingin menguasai ilmu pengetahuan demi ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan senantiasa menjadi landasan berpikir bagi Dinas Rahasia Jepang,” tulis Deacon.
Tomegoro Yoshizumi menjabat Kepala Intelijen Kaigun Bukanfu yang dipimpin Laksamana Maeda, saat Jepang mengambil alih Indonesia dari Belanda.
Di penghujung Perang Dunia II, Yoshizumi yang semula antikomunis, menjadi kiri dan membelot ke pihak Indonesia. Tan Malaka memberinya nama Bung Arif. (wow/jpnn)