Menyempurnakan Teknik Sun Tzu
“Yoshizumi berhasil membangun keyakinan bahwa orang Jepang dan Minahasa berasal dari ras yang sama; Mongol,” tulis Gerry van Klinken, profesor sejarah Asia Tenggara dan peneliti senior KITLV dalam Minorities, Modernity and the Emerging Nation, Christians in Indonesia, A Biographical Approach.
Van Klinken menyebut, ada dua petugas Jepang yang jadi spesialis Minahasa, yaitu Tomegoro Yoshizumi dan Earl Hideo Kodama. “Yoshizumi sangat dekat dengan Ratu Langie dan AA Maramis,” tulis Van Klinken.
Pada 1935, setelah tiga tahun di Selatan, Yoshizumi pulang kampung ke Jepang. Beberapa waktu kemudian dia kembali lagi ke tanah Jawa. Kali ini, dia melakoni peran sebagai jurnalis.
Yoshizumi bekerja untuk Nichiran Shogyo Shinbun, koran bisnis Jepang di Hindia Timur (Nishi: Jepang, Ran: Hindia Timur/Belanda, Shogyo: Bisnis, Shinbun: surat kabar). Koran ini dipimpin Kubo Tat Suji, seorang penganjur Asianisme yang gigih.
Nichiran Shogyo Shinbun--pertama terbit pada 1934—merupalan koran kedua milik Jepang di Jawa. Koran pertamanya, Jawa Nippo milik Tsukada Tekigai yang pertama terbit pada 1920.
“Nichiran Shogyo Shinbun lebih bernuansa politik ketimbang Jawa Nippo,” kata Guru Besar Universitas Waseda Jepang, Ken’ichi Goto dalam korespondensi via email dengan saya, tempo hari.
Pada 1937, Nichiran Shogyo Shinbun membeli Jawa Nippo. Dua koran milik Jepang itu lebur jadi satu dan berganti nama menjadi Tohindo Nippo (Harian Hindia Timur). Di sinilah Tomegoro Yoshizumi memainkan lakon barunya (lihat foto). Sang intelijen berpropaganda melalui media!
Total Intelijen