Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Menyesal Gwadar

Oleh Dahlan Iskan

Senin, 13 Mei 2019 – 04:40 WIB
 Menyesal Gwadar - JPNN.COM
Dahlan Iskan di pedalaman Pakistan, dekat Kashmir. Foto: disway.id

Di Karachi itulah saya pesan mobil. Saya tidak mau pakai pesawat, meski tiketnya lebih murah dari sewa sedan. Saya ingin tahu tandusnya alam menuju Gwadar.

Soal sembilan jam jalan darat tidak ada masalah. Di Amerika saya terbiasa naik mobil lebih jauh dari itu. Berhari-hari. Naik bus Greyhound maupun setir sendiri.

Saya bangun lebih pagi di Karachi. Ingin segera berangkat ke Gwadar. Ternyata macetnya bukan main. Ruwet pula. Sudah satu jam belum sampai batas kota. Padahal sudah lewat tol.

Yang tidak saya bayangkan: kota Karachi ternyata berbatasan langsung dengan Provinsi Baluchistan bagian selatan. Berarti luas sekali wilayah Baluchistan ini. Sembilan jam dari timur ke barat. 16 jam dari utara ke selatan.

Ternyata Baluchistan memang negara bagian terluas di Pakistan, tetapi juga yang termiskin. Dan yang paling tidak aman.

Baluchistan sudah lama ingin merdeka. Sejak tahun 1953. Tidak lama setelah Pakistan dan India memisahkan diri. Gerakan separatis tidak pernah surut.

Awalnya sasaran kemarahan orang Baluch adalah siapa saja. Yang berasal dari negara bagian lain. Terutama yang dari Punjab. Yakni negara bagian terkaya untuk ukuran Pakistan. Juga yang paling maju ekonominya.

Punjab adalah pusat ekonomi dan politik Pakistan. Kota-kota seperti Lahore, Islamabad, Rawalpindi, Faisalabad berada di negara bagian Punjab.

Saya pun jadi tahu: mengapa Amerika mundur dari proyek Gwadar. Sekian puluh tahun lalu. Demikian juga Singapura.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close