Menyusuri Kampung Bersejarah China Benteng
Dupa di Teras Rumah, Kertas Mantra Menempel di PintuSenin, 19 April 2010 – 06:34 WIB
Kebanyakan warga Chinben saat ini adalah keturunan golongan pertama. Mereka sudah berasimilasi dengan budaya pribumi, yakni Sunda dan Betawi.
Warga Chinben, umumnya merupakan keturunan dari pernikahan campuran. Hasilnya, penduduk Chinben sekarang nyaris tidak tampak seperti warga Tionghoa pada umumnya. Kulit mereka sedikit lebih gelap. Mereka juga bermata lebar. Meski banyak yang memasang atribut khas Tionghoa, mereka terkadang tidak tahu dengan pasti fungsinya. Dari segi bahasa pun, tidak ada yang bisa menggunakan bahasa nenek moyang mereka. Bahkan, Edi menyatakan sama sekali tidak bisa berbahasa Mandarin. "Ngomongnya gimana, saya tidak tahu," ucapnya lantas tertawa.
Bertahun-tahun berakulturasi dengan lingkungan setempat, warga Chinben justru lebih akrab dengan bahasa Indonesia. Bahkan, logat mereka sangat kental akan dialek Sunda. Edi menjelaskan, Chinben saat ini dihuni warga dengan berbagai latar belakang. Selain keturunan Tionghoa, ada warga asal Jawa, Batak, dan Sunda. Bahkan, semua penganut agama ada di kampung tersebut. "Tapi, semua hidup rukun. Kini kami sama-sama berjuang untuk kasus itu," ujarnya.