Merasakan Suasana Ramadan di Negeri Aquino (2-Habis)
Lebih Familier Pakai Nama Warna daripada Nama Arabjpnn.com - Sejumlah masjid besar di Filipina menggunakan warna sebagai namanya. Di antaranya, Blue Mosque di Taguig City, Golden Mosque di Manila City, dan Pink Mosque di Maguindanao. Kenapa? Berikut catatan penulis buku tasawuf modern AGUS MUSTOFA yang awal Ramadan lalu memberikan pengajian di KBRI Manila.
Laporan Agus Mustofa, Manila, Filipina
MESKIPUN sebutan itu awalnya disematkan masyarakat luas di Filipina, pengurus masjid akhirnya menggunakan nama berdasar warna tersebut sebagai nama resmi yang ditulis di papan nama masjid. Misalnya, Golden Mosque yang awalnya bernama Masjid Al Dahab.
Tetapi, nama Arab masjid yang berlokasi di kawasan perdagangan Quiapo, Manila, itu justru tidak dikenal penduduk setempat. Apalagi papan namanya memang mencantumkan nama Golden Mosque.
Masjid sumbangan pemerintah Libya pada zaman Muamar Kadhafi itu setiap Ramadan selalu ramai. Kebanyakan jamaahnya adalah pedagang pasar. Ada pula turis asing yang penasaran. Suasananya mirip dengan kawasan Pasar Turi, Surabaya. Di sekitar masjid terdapat permukiman yang sangat padat.
Menuju masjid untuk salat Duhur di sana, saya harus melalui jalanan sempit yang penuh pedagang kaki lima. Sangat sulit menemukan tempat parkir mobil yang leluasa. Nouelle, driver Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang kebetulan nonmuslim, memilih parkir cukup jauh dari masjid dan menjemput kami setelah salat.
Hal itu berbeda dengan Blue Mosque di kawasan permukiman Mindanao Avenue, Taguig City, yang lebih tertata. Halaman dan jalan raya di depan masjid cukup luas. Sama-sama sumbangan pemerintah Libya, masjid itu memilih gaya berbeda dalam kegiatan syiar agama. Blue Mosque mengambil segmen jamaah menengah atas yang lebih educated.
’’Di sinilah satu-satunya masjid di Filipina yang komunikasinya menggunakan bahasa Inggris,’’ ungkap Jadjurie H. Arasa, takmir Blue Mosque.