Meski Diburu Petugas, Keuntungan Mencapai 200 Persen
Dia bisa merogoh kocek hingga Rp 5.000.000 untuk modal membeli petasan. Dengan modal segitu, dia bisa mendapat keuntungan dua kali lipat.
Di tahun 2011, dia pernah mendapat keuntungan Rp 14.000.000. Padahal modal awalnya hanya Rp 5.000.000. ”Saya beli satu kotak mercon seharga Rp 150.000 terus saya jual dengan harga Rp 500.000,” kata dia.
Pada saat itu, ia paling asyik berjualan petasan dengan sumbu yang disambung. ”Jarang sekali saya jual mercon korek. Paling bantar juga cacabean berwarna merah,” terangnya.
Ia membeberkan bisnis petasan di Kota Tasikmalaya bisa disebut main kucing-kucingan dengan petugas. Para pedagang biasa menyembunyikan petasan di balik kembang api yang menjejer. ”Masih banyak lah, tapi nggak kayak dulu,” katanya.
Para pedagang petasan di Tasikmalaya, kata Derida, biasa membeli langsung dari Indramayau dan Bandung. Mereka membelinya dari perorangan dan bandar. Saat pembelian dalam jumlah besar, pedagang besar menggunakan mobil boks.
”Biasanya bandar belinya pakai mobil boks,” terangnya.
Para bandar ini biasanya menaruh daganganya ke tiap pedagang. ”Nanti bisa dapat untung ya sekitar 50%,” jelasnya.
Lalu bagaimana dengan pedagang di Kabupaten Tasikmalaya? Ternyata mereka membeli petasan tidak langsung ke bandar atau ke Indramayu tapi membeli ke pedagang di Kota Tasikmalaya. ”Yang Kabupaten (Tasik) datang ke sini. Jarang yang belinya ke luar Tasik mah,” ungkapnya.
Saat itu juga Tim Radar mencoba menelusuri kebenaran apa yang diungkapkan Derida. Radar mendatangi penjual kembang api di kawasan Singaparna. Di sana bisa dijumpai begitu banyak pedagang.