Metropop, Novel Fiksi Ngepop yang Makin Populer
jpnn.com - NOVEL bagi penggemarnya menjadi bagian dari gaya hidup. Dari awalnya sebagai pembaca, tidak sedikit yang bertransformasi menjadi penulis. Apalagi sejak kemunculan genre novel ngepop yang makin booming beberapa tahun belakangan.
TIGA perempuan muda terlihat masuk ke toko buku di dalam area mal. Yang dituju adalah rak novel Indonesia. Masing-masing langsung membaca resensi di sampul belakang novel. Kalau ada novel yang plastik pembungkusnya sudah terbuka, kebetulan, bisa dibaca beberapa lembar pertamanya. Setelah sekitar 20 menit mengelilingi rak buku, beberapa novel dipilih dan dibawa ke kasir.
Pemandangan itu makin sering dijumpai di toko-toko buku. Rak-rak novel Indonesia penuh dengan novel-novel baru, juga penuh oleh pembaca yang sedang memilih-milih buku. Yang sedang booming dan banyak disukai adalah novel yang memotret kehidupan masyarakat urban, kebanyakan masyarakat menengah yang tinggal di kota-kota besar dengan segala aspek kehidupannya, dan disajikan dengan gaya bahasa ngepop.
Kisah asmara masih jadi tema utama, tetapi dalam balutan karir sampai interaksi sosialnya.
Munculnya genre tersebut mengadaptasi novel luar yang ketika itu booming dengan chicklit, yaitu cerita tentang kehidupan perempuan perkotaan usia 20 hingga 30-an tahun dengan masalah umum hidup di perkotaan, termasuk romantismenya.
”Metropop jadi booming karena banyak pembaca usia 20–30-an tahun yang membutuhkan bacaan segar, ringan, dengan tema yang berada di sekitar kehidupan mereka. Pekerjaan, percintaan, interaksi dengan teman kerja, dinamika kota besar,” papar Christina Juzwar, penulis novel.
Perempuan kelahiran Jakarta, 18 Desember 1979, itu mengungkapkan sisi unik dan menariknya, yakni kebanyakan perempuan suka bacaan ringan.
”Apalagi yang ceritanya mereka rasakan sendiri. Pembaca seperti hidup dalam cerita fiksi tersebut,” ucap penulis yang sudah menghasilkan sebelas novel tersebut.