Miras Oplosan: Cerita Mengejutkan Sopir Truk Pabrik Alkohol
jpnn.com - Korban miras oplosan di Jawa Barat dan Jakarta sudah mencapai 82 orang tewas. Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto merinci, sebanyak 51 orang merupakan warga Jabar dan sisanya penduduk Jakarta.
Lantas, dari mana produsen miras oplosan mendapat alkohol? Rupanya, berawal dari aksi penyelewengan driver truk pabrik alkohol. Yang kemudian dijual ke pengepul, para driver menyebutnya BL.
Salah seorang driver truk pabrik alkohol di Tangerang menceritakan bagaimana lika-liku untuk bisa mendapatkan alkohol atau ethanol dari pabrik yang penjagaannya ketat. Lelaki bertubuh gempal yang tidak ingin disebutkan namanya itu menuturkan, untuk masuk pabrik ethanol itu pemeriksaannya ketat, ada petugas Bea Cukai dan kepolisian yang menjaga.
”Truk saat masuk pabrik itu ditimbang, berapa beratnya. Berat truk itu kisaran 7 ton hingga 8 ton,” tuturnya.
Truk itu ditimbang untuk bisa mengawasi berapa jumlah alkohol yang keluar dari pabrik. Kalau beratnya truk 7 ton dan beratnya alkohol yang dibawa truk itu 5 ton, maka tinggal dijumlah saja.
”Harus tepat 12 ton, kalau melebihi berat yang telah diatur akan ketahuan. Ini hubungannya sama cukai, bayar cukai itu lho,” ujarnya sembari mengemudi.
Tapi, lanjutnya, namanya aturan itu juga banyak celahnya kalau karyawan tidak sejahtera. Dia menjelaskan, driver truk dan karyawan akhirnya cincai buat mencari sampingan. Driver membeli ethanol dari karyawan pabrik, untuk tiap 100 liter ethanol atau sekitar 1 kwintal itu seharga Rp 350 ribu. ”Nah, ini bisa dijual Rp 3,5 juta di luar,” ujarnya.
Biar tidak ketahuan saat ditimbang, driver-driver ini memakai ”rompi antipeluru”. ”Ini seragam khusus kita para driver pabrik alkohol,” ujarnya lantas tertawa terbahak-bahak, walau Jawa Pos belum mengerti maksudnya.