Misbakhun: Percayalah, Rupiah Baru Bukan Tiruan Yuan
jpnn.com - JPNN.Com - Anggota Komisi XI DPR yang membidangi keuangan dan perbankan, M Misbakhun memanfaatkan masa reses untuk menjelaskan uang rupiah emisi terbaru kepada konstituennya di Pasuruan, Jawa Timur. Melalui acara Serap Aspirasi: Dialog dan Silaturahmi, politikus Golkar itu memanfaatkan pertemuan dengan konstituennya untuk menepis tudingan yang menyebut rupiah meniru renmimbi (RMB) atau yuan Tiongkok (CNY).
“Itu tidak benar,” katanya saat tanya jawab dengan konstituennya di kantor DPD II Golkar Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Jumat (23/12). Dalam pertemuan itu, Misbakhun memang mendapat pertanyaan tentang desain baru rupiah kertas yang mirip yuan.
Menurutnya, justru rupiah baru yang belum lama ini diluncurkan patut dibanggakan. ”Desain mata uang baru adalah karya terbaik anak bangsa yang sebelumnya telah dilakukan kajian mendalam,” tegasnya.
Legislator dari daerah pemilihan Jawa Timur II yang meliputi Pasuruan dan Probolinggo itu lantas memberi penjelasan lebih jauh. Menurutnya, desain rupiah dihiasi wajah-wajah pahlawan nasional.
Menurutnya, pemilihan wajah pahlawan nasional dari Aceh sampai Papua tentu dilandasi pertimbangan matang. “Ini adalah representasi berbagai tokoh pahlawan yang turut menjaga keutuhan NKRI,” tegasnya.
Selain itu Misbakhun mengatakan, penerbitan desain baru rupiah juga dalam rangka persiapan menuju kebijakan redenominasi atau penyederhanaan nilai rupiah tanpa mengurangi nilai tukarnya. Namun, redenominasi memang tidak bisa serta-merta dilakukan tanpa sosialisasi. “Redenominasi harus diawali dengan sosialiasi yang baik, benar, dan tepat,” tegasnya.
Mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan itu menambahkan, redenominasi penting untuk memperkuat perekonomian Indonesia. Dia menjelaskan, saat ini ada penilaian keliru yang menganggap rendahnya nilai tukar rupiah dibanding dolar Amerika Serikat (USD) menjadi bukti pertumbuhan perekonomian Indonesia tidak mencerminkan kondisi riil.
Menurut Misbakhun, anggapan itu keliru karena faktanya produk domestik bruto (PDB) Indonesia menempati urutan ke-16 di antara negara-negara dengan kekuatan ekonomi besar yang tergabung dalam G-20. Karenanya, sambungnya, citra perekonomian Indonesia perlu diperbaiki melalui rupiah baru.