Misteri Hilangnya Arsip Negara
Kami sangat heran terhadap penugasan dirinya sebagai pemimpin kami. Dan sejak saat itu Pusat Berita ANTARA dibawah pimpinan seorang militer.
11 Oktober 1965. Bulletin ANTARA terbit kembali. Waktu itu saya sebenarnya masih menjabat wakil ketua Desk Dalam Negeri tapi dalam proses penerbitan bulletin tidak dilibatkan. Biar bagaimana pun saya setiap harinya tetap masuk kantor.
15 Oktober 1965. Gedung kantor ANTARA dikepung oleh pasukan militer dari Komando Daerah Militer Jakarta, disingkat KODAM Jaya.
26 Pegawai kantor ditangkap dengan cara satu persatu dipanggil namanya untuk berkumpul di ruang redaksi.
Mereka yang dipanggil untuk ditangkap, yaitu pimpinan umum redaksi bernama Soeroto serta lainnya yang menduduki posisi ketua dan wakil ketua dari redaksi afdeling Desk Dalam Negeri, Ekonomi, Luar negeri maupun News Agency.
Di samping itu ada satu orang dari bagian administrasi, berfungsi sebagai ketua bagian ketik, bernama Tini juga diikut sertakan.
Dari mereka ternyata hanya dua perempuan, yaitu saya dan Tini yang tertangkap. Saya dengar bahwa tanggal 14 November 1965 masih dilakukan pembersihan lagi di bagian Afdeling Luar Negeri dengan 14 orang menjadi korban penangkapan.
Siang harinya kami diangkut dengan mobil militer menuju komplek KODAM V Jaya. Sesampainya di komplek tersebut, kami disuruh turun dari mobil untuk berjalan menuju ke salah satu gedung bernama Penyelidikan Khusus, LIDIKUS.