Misteri Masjid Jin, Bergantung pada Mata Batin Sang Kiai
Jadi, begitu Kiai Ahmad menjumpai ada masalah di masyarakat, pada saat itu pula beliau membuat perluasan bangunan.
”Filosofinya, gedung ini dibangun untuk menyelesaikan masalah. Yakni, masalah umat Islam pada umumnya dan masalah para santri pada khususnya,” tambah pria yang nyantri sejak 2004 itu.
Dia pun mencontohkan pembangunan pagar bermotif anggur di lantai tujuh. Pada 2008, dia menyatakan, kebanyakan warga tidak berpuasa.
Akhirnya, Kiai Ahmad Istikharah untuk menemukan jawaban atas keengganan warga berpuasa. ”Lalu, dibangunlah pagar bermotif anggur tersebut,” kata Purwanto sambil menunjuk pagar bermotif anggur itu.
Mengapa motifnya anggur? Purwanto tidak mengetahui alasan tersebut. Berdasarkan informasi yang diperoleh Purwanto, para tukang bangunan hanya menjalankan perintah.
Mereka bukan tukang yang profesional, melainkan tukang dadakan. Mereka adalah para santri yang mengabdikan diri pada ponpes.
Untuk para santri yang menjadi tukang dadakan itu, disiapkan kamar untuk keluarganya dan kios untuk membuka usaha. Kamar yang disiapkan untuk para santri itu mencapai 64 unit.
Tugas mereka bervariasi sesuai hasil Istikharah Kiai Ahmad. Ada yang disuruh bersih-bersih, ngecor, mencetak ornamen, hingga membuat bangunan baru. ”Kiai Ahmad membagi pekerjaan sesuai batin mereka (pekerja),” katanya.