Misteri Masjid Jin, Bergantung pada Mata Batin Sang Kiai
Proses pengerjaannya juga bergantung kondisi kebatinan para pekerja. Jika batin mereka tidak ikhlas, Purwanto meyampaikan, biasanya hasil pekerjaannya juga tidak bagus.
“Pernah Kiai Ahmad pernah membongkar bangunan karena yang menggarap tidak sesuai dengan batin,” kata pria asal Trenggalek itu.
Masa pengerjaannya pun tidak terpaku jam kerja. Kadang, ada santri yang menggarap di malam hari, kadang juga siang.
Mungkin karena banyak yang menggarap di malam hari sehingga pekerjaan mereka tak diketahui masyarakat. Masyarakat tahunya tiba-tiba bangunan sudah jadi begitu saja.
”Mungkin karena hal itu, masyarakat tidak mengetahui proses penggarapannya. Makanya, lantas berkembang isu bahwa tempat ini dibangun jin,” cerita Purwanto. Dengan begitu, dari sinilah muncul sebutan ”Masjid Jin” dan ”Masjid Tiban” (tiba-tiba ada).
Purwanto menambahkan, para santri itu akan berhenti bekerja jika diperintah Kiai Ahmad. Acuan Kiai Ahmad pada perasaan batinnya juga mengacu pada masalah yang ada di masyarakat.
”Kalau ada masalah di masyarakat, Kiai Ahmad menyuruh membangun. Kalau masalahnya dianggap selesai, maka beliau akan menyuruh berhenti,” lanjutnya.
”Meski baru membangun satu pilar, kalau Kiai Ahmad menyuruh berhenti, ya pembangunan harus dihentikan,” sambungnya.