Mogok Kerja hingga Demonstrasi Menolak Dipanggil Sayang
jpnn.com - Kemarin, Kamis (8/3), dunia memperingati International Women’s Day. Pada hari itu, kaum hawa di berbagai penjuru bumi mengekspresikan keresahan mereka dengan cara masing-masing.
Di Spanyol, peringatan tersebut ditandai dengan tidak beroperasinya kereta api. Sebab, para pekerja perempuan di Negeri Matador itu kompak mogok kerja.
’’Jika kita tidak bekerja, dunia pun akan berhenti.’’ Demikian tulisan yang diusung para pengunjuk rasa.
Benua Eropa ternyata juga masih menganggap perempuan sebagai masyarakat kelas dua. Tidak hanya di bidang ekonomi, tetapi juga politik dan bahkan domestik.
Keterwakilan perempuan dalam dunia politik di Uni Eropa (UE) hanya berkisar 29 persen. Hingga sekarang, hanya ada sepuluh kepala pemerintahan perempuan di UE.
Dalam Komisi Eropa pun, hanya ada delapan komisioner perempuan di antara total 27.
Soal urusan rumah tangga, 92 persen perempuan berusia 25–49 tahun harus mengasuh anak-anak mereka. Untuk kelompok usia yang sama di seluruh UE, hanya 68 persen pria yang bertugas mengasuh anak.
Karena itu, tidak heran jika di UE pun 80 persen perempuan disibukkan urusan beres-beres rumah. Padahal, kaum prianya hanya 34 persen yang ikut sibuk mengurus rumah.