Mooryati Soedibyo; Umur 82 Tahun dan Obsesinya tentang Jamu yang Tak Pernah Berhenti
Jaga Ketat Berat Badan, Tak Boleh Lebih 48 KilogramKamis, 07 Januari 2010 – 02:06 WIB
Tidak heran jika jamu sekarang sudah menjadi beraneka bentuk, mulai serbuk sampai pil. Tapi, jamu belum bisa menjadi rujukan dokter atau pengobatan medis. "Kalau untuk obat itu, kita perlu lakukan penelitian. Masih dalam masa clinical trial (uji klinis). Tablet, pil, kaplet, bisa. Tapi saya sekarang sudah bisa dalam bentuk teh," paparnya.
Menurut Moor, upaya agar jamu bisa menjadi referensi dokter dalam mengobati pasiennya sedang dibahas para ginekolog. Sementara ini jamu sudah bisa digunakan untuk salah satu pengobatan bagi perempuan yang sudah berhenti haid. "Semoga dalam waktu dekat bisa," harap penerima gelar doktor honoris causa dari Pacific Western University di Los Angeles, Amerika Serikat, pada 1995 itu.
Bermimpi soal jamu, berarti bermimpi soal inovasi. Bagi Moor, bermimpi itu bisa juga soal sesuatu yang santai atau bersenang-senang. "Kapan harus bangun, bangunlah. Kapan harus makan, kerja, yang penting diatur semuanya. Time management. Kapan untuk keluarga, itu juga penting. Jangan kerja cari duit terus. Cari duit, tapi duitnya boleh untuk dolan," kata Moor, menjelaskan prinsip hidup yang dia lakoni.