MPR Gaungkan Empat Pilar, Polanya Beda dengan Era Orde Baru
jpnn.com, BOGOR - Wakil Ketua MPR Mahyudin memaparkan perbedaan sosialisasi Pancasila sebagai ideologi bangsa pada masa lalu dengan masa kini.
Menurutnya, pada zaman Orde Baru bahkan ada program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) selama seratus jam.
"Bahkan dulu kalau tidak lulus wajib mengulang. Berbeda dengan sekarang, sosialisasi empat pilar yang terus digaungkan MPR hanya memakan waktu dua jam dalam setiap pertemuan. Polanya juga tidak ada paksaan, hanya menggugah dan mengingatkan bahwa bangsa ini butuh Pancasila," ujar Mahyudin pada sosialisasi empat pilar di Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat, Selasa (22/8).
Selain itu, lanjutnya, Pancasila dulu juga kerap disalahgunakan oleh oknum tertentu untuk menyerang lawan politik.
Sangat berbeda dengan saat ini, di mana masyarakat mulai merasakan betapa Pancasila sangat dibutuhkan untuk menyatukan seluruh elemen bangsa yang berbeda-beda suku, agama, ras dan golongan.
"Mungkin ada orang muda bilang Pancasila sudah kuno. Tapi begitu melihat kenyataan yang terjadi di dunia seperti di Suriah, baru menyadari kenapa kita bersatu. Dulu Hitler bunuh banyak orang hanya karena ras. Di Arab perbedaan suku juga kerap menjadi problem," ucapnya.
Menurut Mahyudin, perbedaan SARA di Indonesia jauh lebih besar dibanding sejumlah negara. Namun sampai saat ini tetap bersatu. Hal tersebut tak lain karena Pancasila. Tidak ada satu suku merasa lebih hebat dari suku lainnya.
"Saya kira tak pernah di sini orang Sunda merasa lebih hebat dari yang lain. Ini kelebihan kita. Tapi di sisi lain ini (perbedaan,red) juga sekaligus berpotensi menjadi ancaman, jika kita gampang diprovokasi," katanya.