MPR: Pemilu Berkualitas dan Berintegritas jadi Harapan Bersama
Di hadapan peserta diskusi, dirinya mengusulkan agar penghitungan Pemilu Legislatif lebih didahulukan dari pada penghitungan Pemilu Presiden. Alasannya, bila penghitungan suara Pemilu Presiden didahulukan dan sudah diketahui pemenangnya maka penghitungan suara Pemilu Legislatif bisa jadi terabaikan dan tidak menarik.
“Untuk itu saya usul, penghitungan Pemilu Legislatif didahulukan daripada penghitungan suara Pemilu Presiden,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, dirinya mengkritik bahwa proses Pemilu kali ini tidak sepenuhnya dibiayai oleh negara. Disebutkan bagaimana dalam acara debat, banyak iklan yang masuk. Ditegaskan seharusnya 100 persen dibiayai oleh negara.
“Kalau soal kedaulatan negara kita harus sepenuhnya”, ucapnya. Dari sinilah ia menyebut bagaimana hasil Pemilu berkualitas bila kita tak berkomitmen dalam penyelenggaraan.
Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Ady Prayitno yang dalam kesempatan itu juga menjadi narasumber, menceritakan sebuah pengalaman saat dirinya berada di tengah masyarakat.
Menurut Ady, masyarakat berharap agar Pemilu dilaksanakan setiap tahun. Alasan mereka ingin Pemilu sering dilaksanakan sebab setiap menjelang Pemilu, banyak orang datang, bersikap baik, serta memberi sumbangan baik itu sembako, sajadah, maupun kebutuhan lainnya.
Menurut Ady, ini sebenarnya sebuah sindiran terhadap Pemilu yang terjadi di Indonesia. “Pemilu hanya diukur dari segi logistik saja,” paparnya.
Apa yang diinginkan masyarakat itu, menurutnya akibat dari terabainya pendidikan politik yang seharusnya diberikan kepada masyarakat. Untuk itulah dirinya menilai visi dan misi calon Presiden akan susah ditangkap oleh masyarakat. Akhirnya kampanye yang terjadi hanya formalitas tanpa substansi.