Mual Muntah di Trimester Pertama? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
jpnn.com - RENY Mega Sari, 30, saat ini hamil anak kedua. Usia kandungannya memasuki dua bulan. Karena mengalami mual berlebih, karyawati salah satu hotel bintang lima di Jakarta tersebut sampai harus mengambil cuti dari kantor karena sangat lemas dan tidak kuat beraktivitas.
’’Mencium aroma nasi saja sudah mual. Ditambah lagi, kata dokter, asam lambung saya tinggi. Memicu rasa mual yang makin parah,’’ ujarnya.
Di kehamilan pertama, Reny juga mengalami kondisi serupa. Dalam sehari, dia bisa muntah lebih dari sepuluh kali. Namun, kondisi tersebut berangsur reda dan menghilang pada trimester kedua. Supaya asupan nutrisi untuk janin tercukupi, Reny memaksakan diri tetap makan. ’’Saya sering-sering makan sup, karbohidrat dari kentang. Dibantu obat antimual dan suplemen folic acid,’’ ungkap ibunda Ciara tersebut.
Yang dialami Reny dalam istilah kedokteran disebut hiperemesis gravidarum. Yaitu, kondisi mual muntah berlebihan pada saat hamil, terutama pada trimester pertama, sampai mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh.
Dokter Stella Shirley Mansur SpOG dari RS Mitra Keluarga Jakarta menjelaskan, mual muntah tersebut disebabkan meningkatnya hormon hamil, yaitu beta-HCG, yang drastis sehingga merangsang pusat mual muntah di otak.
Gejala yang dialami adalah mual hebat sehingga tidak bisa makan dan minum, dan muntah berlebihan yang menimbulkan dehidrasi. Penderita hiperemesisakan merasakan lemah, lesu, dan tidak dapat beraktivitas normal. Sering kali diikuti denyut jantung menjadi lebih cepat, sesak napas, bahkan sampai pingsan.
’’Pada tahap yang lebih parah, dapat mengakibatkan malnutrisi. Penderita hiperemesis gravidarum harus diberi perawatan medis,’’ tutur dr Stella.
Gangguan ini bisa makin hebat bila disertai infeksi. Misalnya, adanya infeksi pada lambung si ibu. Hal itu dapat memicu kadar hiperemesis gravidarum makin tinggi. Penurunan berat badan lazim ditemui pada pasien dengan hiperemesis. Namun, apabila ditangani dengan segera, sehingga dehidrasi dan malnutrisi bisa dicegah, tidak akan berakibat fatal bagi janin.