Muhammad Adhiyat, Si Imut yang Melejit Berkat Pengabdi Setan
Selama hampir tiga minggu syuting di Pengalengan, Bandung, Lidya mendampingi Adhiyat. Demi kelancaran, para cast tidak diperbolehkan kembali ke Jakarta.
Untungnya, saat itu Adhiyat masih TK sehingga jadwalnya masih fleksibel. ”Sekolah sudah tahu dan alhamdulillah Adhiyat bisa lulus TK dengan baik walau sempat syuting,” tutur Lidya.
Selama syuting, Joko sebagai sutradara punya pendekatan yang bagus untuk Adhiyat. Di sela syuting, Joko sering mengajak aktor yang suka menonton film kartun itu bermain.
Cara Joko mengarahkan pun sangat bersahabat. ”Kalau aku nggak syuting, Om Joko sering ajak aku duduk dekat kamera,” ujar Adhiyat.
Kerisauan Lidya terjadi juga. Syuting sering dilakukan malam, tata rias pemeran mayat hidup pun menakutkan. Akibatnya, Adhiyat beberapa kali menangis.
Bahkan, untuk adegan Adhiyat yang terakhir, syuting beberapa kali tertahan karena dia menangis ketakutan.
Rupanya, kerja sama antar pemain terjalin apik. Mereka menjaga agar mood Adhiyat kembali oke. Di base camp tempat pemain film beristirahat, Adhiyat bisa leluasa bermain.
Ada Endy Arvian dan Nasar Anuz, pemeran Toni dan Bondi, kakak Ian. Mereka mengajak Adhiyat bermain kartu di sela syuting. Adhiyat pun jadi betah dan bisa berakting dengan baik.